50 Hal yang Harus Kamu Tahu tentang Tokyo




Moshi moshi minna-san!!


Nah sebelum mulai, jadi seminggu yang lalu saya baru aja kembali dari Tokyo, Jepang, buat liburan singkat. Disana saya tinggal dengan keluarga tetangga rumah saya yang merupakan native Jepang. (yang mungkin di blog ini atau blog-blog selanjutnya saya panggil tante, om dan oba-san/ nenek). Jadilah saya sedikit banyak tahu tentang kebiasaan orang-orang sana. Kali ini, saya mau cerita sedikit tentang beberapa hal unik yang saya temukan selama disana kemarin. Apa aja tuh?? Check this out!!


1. Di Jepang, sebagian nenek dan kakek keberatan untuk dipanggil oba-chan (nenek) & oji-chan (kakek) jika bukan oleh anak-anak kecil atau cucunya sendiri. Mereka lebih senang dipanggil oba-san (tante) & oji-san (kakek), apalagi oleh yang seumuran saya.



ini dia oba-san ^^ (yang kanan ya)
     2. Usia 60 tahun masih dianggap muda. Usia pensiun disana adalah 65 tahun.  Disana pun masih banyak yang berusia 80-an tahun, beraktivitas sendiri. Jadi jangan heran kalau kita melihat banyak kakek nenek yang masih mandiri dan sehat di kereta, jalan-jalan, maupun pertokoan. Termasuk dalam kategori ini adalah oba-san yang sudah berusia 84 tahun, namun masih mampu mengurus rumah, berbelanja, naik mobil sendiri, bahkan travelling keluar kota/negeri sendiri.

3. Ulang tahun ke-60 atau yang biasa disebut "Kanreki" adalah peristiwa yang harus diperingati dan spesial bagi orang Jepang. Menurut mereka, di usia ke-60 ini, manusia telah selesai menjalani satu siklus hidup dan siap untuk menjalani siklus berikutnya. Hal ini didasarkan pada perhitungan shio atau kalender Cina. Nah, saat seseorang berusia 60 tahun, tradisinya anak perempuannya akan memberikan 60 tangkai bunga mawar. So sweet banget yaa?



Pemukiman di daerah Zama
4. Rumah-rumah disana sangat rapi, dan sekilas nampak seperti seragam. Karena bentuknya yang mirip, kotak-kotak tanpa desain yang neko-neko. Kalau kalian pernah lihat rumahnya Doraemon atau Shinchan, nah itu deh, sama banget! Rumah oba-san, seperti kebanyakan rumah orang Tokyo pada umumnya. terdiri dari dua lantai dan dilapisi kayu di semua lantai. Untuk ruangan kamar tidur, ditambahkan tatami atau tikar Jepang dan kasur langsung ditempatkan di atasnya. Sebagian pintu ruangan menggunakan pintu geser dan jendela-jendela kamar tidak dipasangi teralis besi. Cukup kaca yang dapat dibuka-tutup, lalu bingkai jendela yang bisa digeser, berkerangka kayu dan dilapisi semacam kertas minyak yang berfungsi sebagai gorden. Lampu di beberapa ruangan, menggunakan model rangkap. Sehingga ada beberapa pilihan penerangan, dengan menarik tali yang menjulur dari lingkar lampu. Belakangan saya juga menemukan kemiripan model luar dan dalam rumah dengan rumah beberapa teman tante yang ikut saya kunjungi selama di sana.




Kamar tidur ala Jepang
5. Rumah oba-san juga memiliki foyer depan untuk memasang atau melepas sepatu, jika keluar maupun masuk rumah, untuk digantikan dengan sandal rumah jika ingin berjalan-jalan di dalam rumah. Dan jika ingin keluar rumah, memakai sepatu harus sambil duduk di lantai (antara area sepatu luar dengan rumah inti, terdapat perbedaan level, gampangnya, foyer depan ini mirip teras luar bagi sebagian besar rumah di Indonesia), tidak boleh sambil berdiri.

6. Jika sedang duduk di atas tatami atau lantai, usahakan untuk tidak menaruh kaki di depan (selonjoran atau bersila) karena akan dianggap kurang sopan, apalagi kalau tidak pakai kaos kaki. Jadi kaki harus dilipat menyamping atau ke belakang.


7. Disana, memberi dan menjawab salam merupakan kebiasaan. Jadi, setiap mau melakukan aktivitas seperti memulai makan, menyudahi makan, keluar dan datang di rumah, bangun dna berangkat tidur, dsb, selayaknya harus memberi salam.


8. Orang-orang akan melakukan rotasi baju di lemari setiap pergantian musim. Jika masuk musim gugur atau dingin, pakaian tipis musim panas harus sudah dirapikan & dilipat, diletakkan di dalam lemari bagian bawah. Begitupun sebaliknya.


9. Orang sana biasanya mandi cukup 1x sehari, sebelum tidur malam, seusai melakukan segala aktivitas. Di pagi hari, menurut mereka tubuh masih bersih karena tidur 'kan ngga kotor-kotoran jadi cukup cuci muka dan gosok gigi saja. Mandi malam ini biasanya diawali dengan mandi biasa menggunakan shower, dan diakhiri dengan ofuro atau berendam dalam air panas di bak/ bathtube.


10. Orang Jepang hanya memakai piyama saat tidur. Jadi, walaupun sedang di rumah tapi belum ingin tidur, sebaiknya jangan pakai piyama. Begitu juga saat bangun tidur dan keluar kamar.


11. Kapanpun dan dimanapun, sampah harus selalu dipisah, yang terbakar (sisa makhluk hidup/ organik/ makanan), kaleng atau metal, dan yang tidak bisa dibakar (plastik, dll). Tidak boleh dicampur karena bisa-bisa kena sanksi dan sampah yang sudah dibuang harus diambil lagi dan dipisahin berdasarkan jenisnya dari awal.


12. Disana, khususnya untuk area pemukiman, pengumpulan sampah terorganisir dengan baik. Sampah yang sudah dikumpulkan di masing-masing rumah, dikelompokkan per blok atau area kecil di satu tempat sampah umum (yang tidak begitu besar, cukup berukuran sekitar 1x2 meter), dan akan diambil oleh petugas sesuai hari yang sudah ditetapkan, Berbeda jenis sampah, maka berbeda juga hari pengambilannya. Misalkan untuk sampah terbakar diambil di hari Selasa sampah metal atau kaleng di hari Rabu, dst. Jangan sampai salah taruh jenis sampah karena bisa ditelusuri loh.


13. Walaupun begitu, disana jarang banget ada tempat sampah (biasanya hanya di tempat tertentu seperti fasum dan minimarket, kalau di jalan jarang banget ada). Jadi kalau kita nyampah, sampahnya harus dibawa sendiri sampai nemu bin terdekat.



14. Tidak semua orang Jepang mengerti dan bisa berbahasa Inggris. Mereka sangat bangga dengan bahasanya. Mereka sangat senang jika orang asing ingin mempelajari bahasanya, bahkan pemerintah memfasilitasi kursus bahasa gratis bagi orang asing yang tinggal disana.


15. Air keran disana bisa langsung diminum. Kalian bakal jarang lihat galon air, khususnya di rumah-rumah penduduknya.


16. Meskipun termasuk negara yang maju teknologinya, tapi disana jarang banget tersedia wifi gratis. Jika kalian sedang bokek untuk masuk kafe atau McD, bisa dicoba ke depan Lawson atau sejenisnya, biasanya mereka menyediakan wifi gratis.


17. Rata-rata supermarket disana tidak melayani pembungkusan belanjaan di meja kasir. Pelanggan hanya diberi kantong kresek dan sudah disediakan meja kosong setelah meja kasir (ini maksudnya disuruh ngerapiin sendiri belanjaan kita hehe)


18. Seperti halnya supermarket, rata-rata coffee shop disana tidak merapikan sisa piring, gelas, atau makanan pelanggan, melainkan kita sendiri yang harus membawanya ke tempat pembersihan. Tapi tenang, cukup ditaruh saja kok, ngga sampai nyuci sendiri hehe.


19. Orang Jepang makan sangat cepat. Bahkan di beberapa stasiun, ada kedai yang tidak menyediakan kursi. Jadi kita makan sambil berdiri. Cocok banget nih buat yang lagi buru-buru, makan asal kenyang, hehe. Jujur, disana saya selalu ketinggalan dan urutan beresnya paling belakang :(


Semangkok nasi dengan unagi (belut) dan kerang, plus free ocha!


20. Jangan meletakkan sumpit dalam keadaan berdiri atau ditancapkan ke makanan atau di pinggir mangkok. Karena menurut orang Jepang, itu merupakan tanda kematian. Sebaiknya ditaruh melintang saja.


21. Hampir tidak ada orang gemuk. Mungkin karena semua orang aktif bergerak kali yaa. Kebanyakan orang Jepang, khususnya Tokyo, lebih memilih alat transportasi kereta atau dengan berjalan kaki maupun bersepeda. Sehingga tenaganya lebih optimal digunakan hehe. Mungkin selain itu juga karena kebiasaan makan sayurnya. Disana, sayuran sangat beragam, dan semuanya terlihat bagus dan fresh


22. Masakan disana, kadar kemicinannya(?) tidak setinggi di Indonesia hehe katanyaa sih. Kata temen juga, makan mie instan asli Indonesia dengan mie instan (dengan merk yang sama) yang beli di Jepang, bumbunya lebih berasa yang dibawa asli dari Indonesia, haha. Dan untuk memasak, biasanya selain dengan bumbu biasa, orang Jepang juga suka menambahkan sake sebagai penyedap rasa.


Gurita di Pasar Ikan Ibaraki
Berbagai jenis ikan segar di Pasar Ikan Tsukiji


23. Hampir di setiap daerah di Jepang, kita bisa menemukan beragam macam ikan (khususnya ikan laut). Jadi bagi kalian pecinta ikan, sudah pasti disana kalian bisa nyoba banyak ikan juga yang jarang atau tidak ada di Indonesia.







24. Meski sering berkomunikasi, tapi orang sana tidak begitu suka berkunjung ataupun dikunjungi (sesama orang Jepang) karena mereka pikir bakal ribet dengan banyak hal yang harus disiapkan.


25. Disana rata-rata anak sekolah menengah ke atas biasa pulang malam, Senin-Jumat adalah hari sekolah biasa, sepulang jam sekolah adalah bimbingan tambahan. Dan Sabtu tidak ada kelas, melainkan saatnya kegiatan ekstrakurikuler. Pulang dari sekolah jam 9 malam bukanlah hal yang aneh untuk siswa siswi sekolah menengah Jepang.




26. Ohyaaa, every little thing about school style you read or watch in manga or anime is true!!! Sumpah amazed banget a.k.a norak pas lihat gaya sekolahnya anak-anak Jepang. Seragamnya 100% akurat, persis seperti di manga-manga. Untuk anak-anak sekolah dasar, mereka belum memakai baju seragam, namun tas ransel dan topi sekolah yang seragam. Mulai di bangku sekolah menengahlah, baju seragam diwajibkan, yang biasanya merupakan jas atau semacam outer resmi, kemeja putih, dasi, dan rok pendek atau celana panjang.


27. Tahun ajaran baru di Jepang dimulai di bulan April.


28. Di Jepang, anak-anak sudah diajarkan mandiri dan disiplin terhadap diri sendiri. Jadi jangan heran ya, kalau di tempat-tempat umum seperti di stasiun & kereta, sering bertemu dengan anak-anak usia sekolah dasar yang berpergian sendiri.


29. Di Jepang, orang-orang yang akan naik kereta sangat tertib. Mereka akan berbaris sesuai line yang sudah disediakan, dan akan menunggu semua orang yang turun terlebih dahulu.



30. Garis line untuk menunggu di stasiun (biasanya di stasiun besar, untuk stasiun kecil hanya ada satu jenis line), terdiri dari dua jenis. Line pertama, biasanya ditunjukkan dengan segitiga kuning (menandakan prioritas) adalah untuk mengantri kereta dengan kedatangan waktu terdekat. Sedangkan line kedua, biasanya ditandai oleh segitiga putih atau biru, adalah untuk mengantri kereta dengan kedatangan berikutnya. Dan orang-orang Jepang sangat tertib dalam hal seperti ini.


31. Jepang sangat menghargai mereka yang disabel. Di semua transportasi umum disediakan space tersendiri untuk mereka, termasuk untuk orang tua dan ibu hamil. Di setiap stasiun, terdapat petugas yang akan membantu mereka penyandang tunadaksa untuk menaiki kereta. Sedangkan bagi tunanetra, di dalam maupun di luar stasiun (biasanya di banyak spot disediakan jalur menuju stasiun) sudah disediakan jalur khusus yang berbentuk timbul atau tidak rata, ke dan dari setiap arah.


32. Jumat malam biasanya adalah hari minum, terutama bagi para pekerja. hal ini yang membuat kereta pertama di hari Sabtu pagi masih berbau alkohol. Dan di dalam kereta pun juga bisa dilihat beberapa orang dengan pakaian kantoran tertidur (dengan posisi tidur) di kursi gerbong. Selain itu, biasanya banyak yang masih mabuk bergelimpangan di peron stasiun akibat semalam ketingalan kereta terakhir.


33. Transportasi umum di Jepang sangat tepat waktu, termasuk bus dan kereta. Biasanya jika ada keterlambatan (biasanya untuk kereta) diakibatkan oleh antara lain taifun atau angin topan yang terkadang terjadi di Jepang, kecelakaan atau kasus bunuh diri dengan menabrakkan diri ke kereta, atau maintenance.


Shinkansen yang ada di Tokyo Station

34. Jenis kereta di Jepang cukup banyak, termasuk subway, shinkansen, MRT, & LRT. Umumnya, untuk jenis MRT, terdapat tiga jenis kereta, didasarkan pada kecepatannya atau jangkauannya, yaitu local, express & rapid express. Local adalah untuk jenis kereta dengan rute pemberhentian di setiap stasiun lokal. Kereta ini adalah yang paling lama durasi perjalanannya namun bisa menjangkau stasiun-stasiun kecil di saat yang bersamaan. Express merupakan jenis kereta dengan kecepatan menengah, biasanya berhenti di stasiun besar dan beberapa stasiun lokal. Dan rapid express adalah yang tercepat karena hanya berhenti di stasiun-stasiun besar saja.


Ginza

35. Disana, selain pekerjaan kantoran, supir dan petugas stasiun juga memakai setelan jas rapi termasuk dasi dan sepatu yang mengkilap.


36.  Biasanya ada perbedaan warna jas untuk pegawai kantoran. Yang berwarna polos gelap katanya sih merupakan pegawai level bawah. Sedangkan yang bercorak atau berwarna terang adalah kategori menengah ke atas.


37. Lampu lalu lintas disana berbentuk horizontal, bukan vertikal seperti yang ada di Indonesia.


38. Para pengguna kendaraan bermotor sangat menghormati pejalan kaki. Mereka akan selalu mengutamakan pejalan kaki meskipun sedang tidak lampu merah.


Masih di Ginza


39. Disana, pajak kendaraan per tahun, tidak ada pajak plat nomor per 5 tahun seperti di Indonesia. Jika tidak diperpanjang tentu saja akan dikenakan denda tergantung mobil masing-masing. Dan jika ingin disudahi, kita harus menelepon pihak yang berwenang agar diambil, serta membayar biaya kurang lebih sekitar 10 ribu yen. Jika sudah lebih dari 10 tahun, makan biaya pajak yang harus dibayar akan semakin mahal.


40. Surat Izin Mengemudi (SIM) internasional tidak berlaku. Untuk membuat SIM harus mendaftar dan dites oleh driving school dengan harga sekitar 30 juta rupiah. Pihak kepolisian tidak mengeluarkan SIM. Jadi, jika ada seseorang yang bermasalah dalam berkendara, kepolisian tinggal menelusuri sekolah mengemudinya saja.


41. Cara membayar tol disana adalah dengan berlangganan biasa. Jadi kebanyakan pintu tol tidak ada petugasnya, sudah otomatis membuka tutup sendiri, tanpa tap kartu atau apapun. Melainkan sudah dilengkapi dengan sistem yang dapat membaca plat mobil, lalu tagihan otomatis akan dibebankan ke pemilik plat kendaraan.



Asakusa Kannon-Do


42. Di musim hujan, setiap orang membawa payung. Kebanyakan adalah payung besar atau non-lipat. Jadi kalau di jalanan lagi rame, harus siap-siap kreatif nyelipin payung biar ngga sampe tabrakan haha jadi payungnya harus diangkat, dimiringin, atau digeser ke bawah haha.


43. Toilet disana, kebanyakan menggunakan air untuk membersihkan tubuh (bukan hanya tisu) berupa semprotan dari dalam. Kita cukup memencet tombol untuk mengatur arah semprotan. Namun di beberapa fasilitas umum seperti stasiun, taman, dll, air hanya ada untuk membersihkan kloset saja, jadi kita masih memerlukan tisu untuk bersih diri. Tapi sejauh yang saya temui, tisu kering selalu tersedia di setiap toilet.



Toilet di Bandara Haneda

User-friendly Toilet


44. Kebanyakan toilet di Tokyo merupakan salah satu aplikasi dari toilet modern dengan high technology dan user-friendly. Pertama, saat kita duduk toilet akan otomatis siap bekerja (suaranya akan mendengung sedikit, setelah sebelumnya diam). Lalu kita bisa memilih arah pancuran (termasuk kekuatan semprotannya) agar sesuai untuk membersihkan diri. Biasanya pada beberapa toilet juga disediakan fasilitas pengering yaitu angin hangat yang disemprotkan dari dalam kloset, juga musik untuk mengaburkan suara-suara toilet (if you know what i mean.. hehehe).


45. Jangan menawar barang. Karena bisa dianggap penghinaan.


46. Jangan menyentuh orang sana, apalagi dengan sengaja. Bisa-bisa akan dianggap sebagai harrasment. Orang sana jarang skinship, bahkan sejak bayi sudah terbiasa dengan kereta dorong. 


Tiramisu cake yang bisa dibeli di 7-Eleven
Taiyaki atau kue isi kacang merah
47. Di Tokyo, kalian tidak akan kesulitan membeli kebutuhan sehari-hari, karena disana banyak banget (kayanya hampir tiap pengkolan ada wkwk) minimarket yang buka 24 jam seperti Lawson, 7-Eleven, Family Mart dsb. Dan semua minimarket menyediakan berbagai macam barang yang menurut saya cukup lengkap. Mulai dari bahan makanan, makanan matang, minuman, buku dan komik, sampai beberapa peralatan rumah tangga. Jika kalian sedang lapar tapi ingin praktis sekaligus hemat, cus langsung aja ke minimarket terdekat, karena disana juga menyediakan berbagai macam onigiri atau nasi kepal khas Jepang dengan harga sekitar 100-300 JPY (udah bisa dapet isi salmon atau tuna loh). Murah banget kan?? Untuk ukuran Jepang, ya murah bangeeet. Di samping bento dan onigiri, kalian juga bisa menemukan rupa-rupa jajanan unik dan kue yang endeus disana, dengan harga yang bervariasi.


48. Selain minimarket, bagi kalian yang sedang berkunjung wajib banget ke toko-toko serba 100 JPY, biasanya di bawah nama Daiso, Seria, Silk, dst. Beneran nih, semua barang disini dikenakan harga 100 JPY aja (108 JPY setelah kena pajak)!!! Kecuali beberapa barang yang harganya sedikit lebih mahal, rata-rata berkisar 300-500 JPY. Tapi tenang, untuk barang yang dibanderol lebih dari 100 JPY, sudah ditandai secara khusus jadi kita ga akan ketipu saat ingin membayar. Di toko-toko ini menjual berbagai macam kebutuhan juga loh. Mulai dari jajanan, pernak pernik khas Jepang, fashion item, mainan, sampai dengan peralatan rumah tangga. Seneng banget deh asli muterin di dalem toko-toko ini. Cocok banget buat kalian yang sedang berburu oleh-oleh tapi lagi hemat budget. Biasanya toko-toko ini selalu hadir di spot-spot yang ramai atau objek wisata.


49. Kita bisa menemukan banyak muda mudi berjalan-jalan dengan pakaian aneh, unik, maupun gothic di daerah Harajuku, yang merupakan salah satu kawasan teramai di Tokyo, khususnya setiap Sabtu dan Minggu.



Vending Machine


50. Disana kalian bisa dengan mudah menemukan vending machine. Deretan mesin minuman ini sudah menjadi pemandangan biasa di jalan-jalan pemukiman, fasilitas umum, bahkan katanya sampai di atas Fujiyama juga loh. Cukup dengan koin 100 hingga 300 JPY, kita sudah bisa menikmati bermacam-macam minuman ringan atau teh dan kopi dari mesin ini. BONUS: Selain vending machine, jika kalian sedang melewati jalan tol, kalian bisa mampir juga ke rest area untuk menikmati ocha maupun kocha gratis juga loh.


Yappp, rasanya blog ini sudah terlalu panjang haha. Sekian dulu lah ya sharing tentang Tokyo kali ini. Blog selanjutnya adalah tentang itinerary selama di Tokyo atau makanan-makanan recommended disana, atau tentang pengurusan visa? Yaudah ditunggu aja lah ya hehe. Thanks for reading, minna-san!!! 

Comments

Popular Posts