[FANFICTION ONESHOT] TRIANGLE LOVE

Author : Nabila AIA

Casts :
  • Choi Seung Hyun [T.O.P]
  • Park Bom
  • Park Chan Rin
  • Choi Siwon

Genre : Romance, Friendship

Ratings : General








“Kau ini, kalau lamban begitu kita bisa terlambat tau !!”
“HEH ! Memang siapa yang telat bangun, hah ??”
“Aaah jangan cerewet ! Aku cuma telat sedikit !”
PLETAK
“YA ! Kenapa kau memukulku ??”
“Karena kau menyebalkan !! Hahaha.”
“Aish,, kau ini !! Tungguu !!! HEI !!!”


-------------------------------Love is too bitter and friendship is so sweet---------------------------------------


                      Terkadang sebuah persahabatan lebih berharga dibandingkan perasaan cinta. Karena sahabat selalu ada untukmu meskipun di kala cinta menghancurkanmu. Namun bagaimana jika perasaan itu bercampur ? Apa yang akan kau pilih ? Kau akan menyadari satu kenyataan pasti, bahwa untuk bertepuk tangan, harus membutuhkan kedua telapak tangan, bukan satu. Dan itu kenyataan mutlak yang pahit.




                                                                     ---TRIANGLE LOVE---
```````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````



                     “Nah kan apa yang kubilang ! Bus sekolah sudah pergi berjam-jam yang lalu !!” Seorang yeoja berseragam sekolah menengah tampak marah-marah dengan bertolak pinggang, di bawah payungan atap halte. Namja di depannya tidak mau kalah dan balik memarahinya, “Semua itu salahmu ! Kau tidak membangunkanku ! Bahkan kemarin malam kau malah mengajakku ngobrol lewat telepon sampai tengah malam !” “Aiishh itu resikomu, babo ! Lagipula kenapa aku harus membangunkanmu !” lanjut yeoja itu. “Huh oke oke baiklah. Sekarang apa yang harus kita lakukan ?” Yeoja itu menghembuskan nafasnya perlahan dan melipat tangannya ke depan. “Sebaiknya kita menumpang bus itu !” serunya sambil menunjuk bus besar beberapa meter sebelum halte. “MWO ? Tapi dia hanya berhenti sampai blok sebelum sekolah ! Itu berarti kita harus berjalan dari ujung blok untuk menuju sekolah ?” tanya si namja. “Lebih tepatnya berlari ! Sudah ayo cepat !!”


D©D©D©D©D©D©


                     “Kalian lagi ?!!! Chan Rin dan Seung Hyun ?!” Kim seonsaengnim menghentikan penjelasannya di depan kelas dan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat dua orang siswanya berdiri di ambang pintu kelas dengan senyuman canggung. “Haha annyeong ahjussi !! Hmm ini yaah, eh kami ketinggalan bus jadi kami.. eh itu.. Auu !” “Mianhe ! Kami terlambat lagi, kami tidak akan mengulanginya !” Chan Rin membungkuk dan menyikut namja di sebelahnya untuk mengikutinya.

                    “Ya ampuunn,, baik ini sudah yang ketiga kalinya. Tidak ada kata terlambat lagi atau kalian akan mengikuti pelajaranku di ruang BK ! Kalian kumaafkan karena hari ini kita akan ulangan,” jawab Kim seonsaengnim. “MWO ??? ULANGAN ???”


D©D©D©D©D©D©


                   “Huuaahh hancur sudah nilai matematikaku !” Seung Hyun menyandarkan kepalanya di meja dan menonjok-nonjok kursi di depannya. “YA ! Cukup nilai matematika saja yang hancur ! Jangan kau hancurkan kursiku juga, Seung Hyun !” seru Chan Rin bangkit dari kursinya. “Huhu baiklah.. Kecuali kau menraktirku makan siang.” “MWO ? Dasar namja pelit ! Tidak ! Enak saja !” Chan Rin menjulurkan lidahnya dan menghadap ke depan lagi. “Yeoja pelit.” Chan Rin hanya memelototi namja di belakangnya itu. “Sudahlah, daripada membicarakan matematika, aku punya kabar yang lebih baik !” serunya. “Apa ? Kau ingin menraktirku ??” PLETAK. “YA ! Jangan menjitakku !” Seung Hyun meringis sambil memegangi dahinya. “Bukan itu !! Aku lolos seleksi untuk kejuaraan aikido, mewakili sekolah kita !” lanjut Chan Rin bangga. “Jinja ? Wahh chukkae !! Aku tau kau pasti bisa !” Seung Hyun ikut tersenyum dan ber-highfive dengan yeoja itu. “Kapan kejuaraannya ? Aku akan mendukungmu ! Awas kalau sampai kalah !” “Hahaha, akhir minggu ini. Yang penting kau bawakan saja makanan yang banyak untukku !” sahut Chan Rin mengacungkan jempolnya. “Oke !”


D©D©D©D©D©D©


                         Gadis itu terjungkal beberapa meter di hadapan lawannya. Punggungnya sakit sekali. Sepertinya sudah saatnya menyerah.. “CHAN RIN BODOOOHHH !!! HARUSNYA KAU TEKUK LUTUTNYA ITU !!!” Tiba-tiba seorang namja berdiri di antara para penonton sambil berteriak-teriak. Huh, si bodoh itu, memangnya dia pikir ini tidak sakit !! seru Chan Rin dalam hati. “CEPAT BANGUN !! KAU BUKAN PARK CHAN RIN JIKA ENAK-ENAKAN TIDUR SEPERTI ITU !!” seru Seung Hyun terus mengomporinya. “BANGUN BABO ! HANCURKAN LAWANMU !! JANGAN BUAT TIMMU MALU !!” Dia benar, aku bukan Chan Rin jika sudah ingin menyerah secepat ini ! batin Chan Rin. Ia mengumpulkan tenaganya dan mulai memikirkan strategi penyerangan. Tak ada waktu lagi !! serunya saat sang lawan bergerak maju. Dalam beberapa langkah, keduanya bergulat sampai.. PTAK. Suara tulang yang patah. Keduanya masih saling memegangi tangan lawannya, lalu melepaskannya perlahan. Wasit mendekat dan memeriksa lengan masing-masing dan akhirnya mengangkat lengan Chan Rin, “Pemenangnya.. Park Chan Rin dari Seoul High School !!” “YEAH ! ITU BARU SAHABATKU !!” Seung Hyun mengacungkan kedua jempolnya dan tersenyum lebar yang dibalas sama oleh Chan Rin.


D©D©D©D©D©D©


                            “Kau hebat ! Walaupun tadi sempat menjadi orang bodoh..” ucap Seung Hyun santai. Ia dan Chan Rin berjalan pelan di gang dalam perjalanan pulang. “Aiishh kau ini. Yaah.. tapi kalau bukan karena teriakanmu yang menyebalkan itu, mungkin aku sudah menyerah tadi,” sahut Chan Rin sembari mengunyah roti isi. “Hahaha.. Omong-omong luka itu masih sakit ?” tanya Seung Hyun menunjuk ke pipi kiri Chan Rin. “Oh ini ? Hanya tergores biasa, nanti juga sembuh.” “Hmm..” Seung Hyun merogoh ranselnya dan mengambil selembar plester, “Kau itu dari dulu.. Nih, cepat pakai !” Ia menawarkan plester itu ke yeoja di sisinya. “Tidak usah !” “Yasudah sini, kupakaikan saja !” “Eh ? Baiklah, sini berikan padaku !” Chan Rin menerimanya lalu membuang muka. Ia tidak ingin mukanya yang kemerahan terlihat oleh Seung Hyun.


D©D©D©D©D©D©


                        Chan Rin masih tergelak sambil mendengarkan suara sahabatnya di seberang telepon. “Hahaha, apalagi saat kau memelintir tangannya itu ! Ekspresinya sangat lucu ! Ah seharusnya aku memotretnya !” seru Seung Hyun di seberang. “Hahaha, sudahlah, aduh ia kasihan. Tangannya harus patah,” sahut Chan Rin mulai meredakan tawanya. “Hahaha oke cukup.. Hei Chan Rin.” “Ngg ? Apa ?” “Apa di rumahmu langitnya bersih ?” tanya Seung Hyun. “Hmm, ne begitulah. Wae ?” Chan Rin membuka jendela kamarnya dan mengamati langit malam yang terang oleh bintang-bintang. “Baguslah. Di rumahku juga. Apa dari sana kau bisa melihat bintang paling terang ?” “Hmm.. iya tentu saja. Bintang itu terlihat paling mencolok dari yang lain !” “Benar.. Kuharap persahabatan kita juga seterang bintang itu. Begitu dekat,, begitu indah..” ucap Seung Hyun. “Ne ! Kau akan menjaga persahabatan kita kan ? Kuharap juga tidak hanya menjadi sahabat,” ujar Chan Rin pelan. “Aku akan menjaganya. Apa ? Maksudmu..” “Menjadi seperti saudara maksudku. Hehe,” sergah Chan Rin cepat. “Oh ne ! Tentu ! Hei sudah malam, sebaiknya kau cepat tidur agar tidak telat bangun. Besok si tua itu kan yang mengajar haha..” “Aiish memangnya siapa yang sering terlambat bangun ?! Baik baik ! Kau juga sana ! Awas kalau besok merepotkanku !” “Hahaha babo !” “Daah, annyeong !” “Annyeong !” Dan telepon itu pun ditutup. Chan Rin tersenyum sendiri memerhatikan bintang di angkasa itu. Ia bersandar di bingkai jendelanya dan berbisik, “Seperti bintang ya.. ? Cukup sahabat ? Hmm..”


D©D©D©D©D©D©


                         “Hei Chan Rin ! Terimalah !” Seung Hyun melempar sesuatu pada yeoja yang duduk di seberangnya di dalam bus sekolah. Chan Rin menangkapnya dan menemukan sebuah gelang besi berwarna keperakan bertuliskan Chicago, di dalam bungkusan plastik. “Chicago ? Siapa yang..” “Sepupuku baru datang dari sana. Ia membawakan banyak oleh-oleh. Dan kurasa gelang itu cocok untukmu !” seru Seung Hyun. “Kau suka ?” “Kau bercanda ? Ini keren ! Gomawo..” Chan Rin membuka bungkus itu dan memakai gelang yang terlihat kokoh itu di pergelangan tangannya. “Cheonmaneyo ! Haha.” “Memangnya siapa sepupumu ?” “Siwon.  Kau pernah bertemu dengannya kan ? Itu.. saat festival tahun baru di kelas empat, ia juga menginap di rumahku.” “Hmm.. entahlah itu sudah lama sekali. Haha.” “Yaah memang. Ia akan tinggal di rumahku untuk beberapa tahun ke depan.  Ia akan bersekolah di sekolah kita.” “Oh ya ? Kenapa ia tidak ada hari ini ?” “Haha ia akan masuk minggu depan.”


D©D©D©D©D©D©


                         “Seung Hyun ! Kau sudah melihat anak baru itu ?” Chan Rin menghambur masuk kelas dan langsung menuju meja Seung Hyun. “Huh ? Siwon maksudmu ? Chan Rin,, aku sudah sering melihatnya..” Seung Hyun tampak tak tertarik dan meneruskan kegiatan menggambarnya. “Aniyo ! Seorang yeoja ! Dan tebak, ia akan masuk ke klub aikido ! Kau tau apa artinya itu ?!” “Jatah makanmu di klub akan berkurang ?” tebak Seung Hyun asal. PLETAK. “YA ! Lagi-lagi berakhir dengan jitakan !” “Bukan !! Artinyaa.. aku diminta oleh sunbaedeul untuk mengajarkannya beberapa teknik dasar karena ia masih pemula ! Bukankah itu menarik ? Aku akan menjadi gurunya untuk sementara ! Hahaha,” ucap Chan Rin riang. “Aigoo.. kukira apa. Chukkae ya !” seru Seung Hyun masih tak tertarik. “Huh kau ini !”


D©D©D©D©D©D©


                         “Annyeong, Bom imnida..” Seorang gadis berponi dan berambut panjang yang dikuncir ke atas membungkuk sedikit ke arahnya. “Annyeong, Chan Rin imnida..” Chan Rin membalasnya dengan bungkukan yang sama. “Duduklah dulu Bom-ah. Luruskan kakimu,, kita mengobrol dulu ya ?” ucap Chan Rin. “Ne. Bangapseumnida Chan Rin-ah. Tentang apa ?” “Bagaimana jika kita mulai tentangmu ? Ceritakan tentang dirimu !” sahut Chan Rin semangat. Mereka mencari posisi yang tepat di doojoo itu dan mulai mengobrol. “Park Bom imnida, aku pindah dari Amerika karena mengikuti ayahku. Aku mengikuti klub ini karena merasa diriku terlalu feminim, jadi aku ingin sedikit mengubahnya menjadi feminim yang kuat ! Hehe begitulah, mohon bantuannya !” jelas Bom. Gadis itu selalu tersenyum dan terlihat selalu cantik. “Ooohh begitu.. Naneun Park Chan Rin imnida. Omong-omong marga kita sama haha. Sebenarnya aku masih junior di sini dan tidak begitu hebat. Tapi kurasa sunbaeku percaya padaku untuk berbagi teknik dasar denganmu Bom-ah. Jadi mohon bantuannya juga ya !” Chan Rin menyalami tangan Bom. “Ah ya untuk panggilan, bagaimana jika aku memanggilmu Bommie-ah ? Itu terdengar lebih akrab kan ? Aku ingin menjadi temanmu !” seru Chan Rin. Bom tersenyum dan mengangguk, “Kedengarannya menyenangkan !” “Nah sekarang kau sudah siap ?” “Ne, Chan Rin-ah.”


D©D©D©D©D©D©


                         “Kau lama sekali Chan Rin ! Tulangku terasa seperti keropos menunggumu latihan !” seru Seung Hyun memegangi pinggangnya. “Ckck aku kasihan pada kakek tua yang sudah menungguku ini. Baiklah ayo pulang !” canda Chan Rin. “Mwo ? Apa kau bilang ?! Haish.. aku masih muda dan tampan tau !” omel Seung Hyun. “Iya iya !” Tiba-tiba seorang yeoja cantik lewat di samping mereka dan menyapa, “Chan Rin-ah, sampai bertemu besok !” Ia melambaikan tangannya pada Chan Rin dan menganggukkan kepala pada Seung Hyun. “Ne Bommie-ah !” Seung Hyun hanya memandangi yeoja itu sampai ditegur oleh Chan Rin, “Hei apa yang kau lihat ?” “Ngg ? Aniyo, gwenchana. Jadi dia murid barumu ?” “Ne.. Sepertinya ia gadis yang baik ! Kami pasti akan menjadi teman yang baik !” Chan Rin berseru lebih ke dirinya sendiri. “Ohh.. hmm itu bagus. Siapa namanya ?” “Park Bom. Wae ? Dia cantik ya ? Sangat cantik,” ucap Chan Rin. “Ne kau benar, dia sangat cantik,” sahut Seung Hyun tersenyum. Chan Rin ikut tersenyum dan ingin bertanya, kau menyukainya ya ? Tapi kemudian ia urungkan karena ia takut mendengar jawaban yang tak ia inginkan.


D©D©D©D©D©D©


                             “Gamsahamnida untuk latihan hari ini ! Aku senang sekali Chan Rin-ah !” seru Bom. “Ah tidak usah terlalu formal begitu haha. Cheonmaneyo Bommie-ah. Kau hebat sekali, perkembanganmu cepat !” Keduanya tersenyum, lalu Chan Rin mengusulkan agar mereka makan dulu di kantin sekolah. “Ne, itu menyenangkan !”

------

                             “Bommie-ah, aku lupa menanyakannya padamu. Kau dari kelas mana ?” tanya Chan Rin sambil melahap mienya. “Aku 12-2 Chan Rin-ah. Bagaimana denganmu ?” “Oh jadi kelasmu di atas ? Aku dari 12-4. Jadi kau sekelas dengan Siwon, sepupu Seung Hyun ?” “Ne benar, aku sekelas dengannya. Siapa Seung Hyun ?” “Namja yang berjalan di sampingku dua hari yang lalu, saat kita baru pulang dari doojoo.” “Ah namja itu. Hmm..” “Ada apa Bommie-ah ?” “Ah tidak. Ia namja yang baik ya ? Ia membantuku membawa barang-barangku kemarin.” “APA ?? Uhukk uhukk.” Chan Rin berteriak cukup kencang hingga tersedak. “Aigoo pelan-pelan Chan Rin-ah. Ini minumlah !” seru Bom panik. Setelah beberapa detik yang menyakitkan, Chan Rin melanjutkan kalimatnya, “Dia membantumu membawakan barang-barangmu ? Buku ?” “Bukan, tasku. Kemarin aku berkali-kali melepasnya karena terlalu berat,” jawab Bom. Apa ?? Yang benar saja !! Ia tidak pernah membawakan tasku !! jerit Chan Rin di dalam hati. “Chan Rin-ah, kau baik-baik saja ?” tanya Bom. “Ha ? Ah iya aku baik-baik saja !”


D©D©D©D©D©D©


                        “Chan Rin, nanti kau akan latihan lagi ?” tanya Seung Hyun tiba-tiba. “Hn,” sahut Chan Rin singkat. Pandangan Chan Rin tetap tertuju pada komik yang dibacanya. “Dengan Bom ?” tanya namja itu lagi. “Hn.” “Kalau begitu, titipkan salamku untuknya ya !!” seru Seung Hyun. “Hn.” Lalu semuanya menjadi senyap. “CHAN RIN !!!!” “Apa sih ?? Aku tidak tuli tau !!!” omel Chan Rin. Ia melepaskan pandangannya dari komik dan memandang kesal ke arah Seung Hyun. “Kau ini kenapa ? Daritadi kuajak bicara kau hanya menjawab ‘Hn’ ‘Hn’ ‘Hn’ terus !” teriak Seung Hyun tak mau kalah. “Terserah aku ingin menjawab apa !!” Seung Hyun menghela nafas dan bangkit dari duduknya. “Huh. Aku akan ke Siwon. Ada yang ingin kubicarakan dengannya,” ucapnya. “Sekaligus mengunjungi Bom maksudmu ?” tanya Chan Rin sinis. “Terserah !” “Hhhh.. apa yang sudah kulakukan ?? Babo !!” seru Chan Rin ketika Seung Hyun telah pergi dari hadapannya.


D©D©D©D©D©D©


                           Seung Hyun memasuki kelas itu tepat saat Siwon dan Bom sedang asyik mengobrol. “Maaf mengganggu obrolan kalian !” sapanya. “Oh gwenchana, hei ada apa ?” sahut Siwon. “Aku hanya ingin mengatakan nanti aku pulang denganmu, jangan tinggalkan aku, oke ?” “Ah ne tentu saja. Itu saja ? Bukankah kau bisa memberitahuku lewat sms ?” “Hmm memangnya tidak boleh ?” “Ah aniyo. Jadi nanti kau tidak pulang dengan Chan Rin ?” tanya Siwon. Seung Hyun menggeleng dan berkata, “Dia ada latihan sore ini. Dengan Bom, benar kan ?” tanya Seung Hyun memastikan dengan beralih pada yeoja berponi yang duduk di samping Siwon. Bom hanya mengangguk dan tersenyum. “Oh ya, omong-omong tadi kalian membicarakan apa ? Kelihatan seru sekali,” tanya Seung Hyun ingin tahu. “Kami hanya bercerita mengenai sekolah kami di Amerika dulu. Aku dan Bom menjadi sangat akrab karena kami sama-sama murid pindahan dari sana,” terang Siwon. “Ohh.. Yasudah aku kembali ke kelas ya. Annyeong ! Annyeong Bom !” Sejurus kemudian namja itu sudah menghilang. “Kurasa dia menyukaimu Bommie,” ucap Siwon. “Tidak.. Ayolah tak mungkin. Haha,” komentar Bom.


D©D©D©D©D©D©


                          “Chan Rin ! Coba tebak apa yang terjadi pagi ini ?” Seung Hyun terlihat semangat pagi itu sampai-sampai ia menepuk pundak Chan Rin dengan sangat keras. “YA ! Sakit tau ! Ukh. Apa ? Kau berhasil  bangun lebih pagi ?” “Aniyo ! Bukan ! Ayo tebak lagi !” “Kau berhasil membuat sarapanmu sendiri ?” Seung Hyun masih menggeleng. “Bertemu Bom ?” tebak Chan Rin malas. “Ah kau benar sekali ! Ia menyapaku tadi !” Hhhh sudah kuduga, ucap Chan Rin dalam hati. “Kurasa ia juga menyukaiku,” lanjut Seung Hyun. Chan Rin langsung mengangkat kepalanya dan mempertemukan kedua alisnya. “ ‘Juga’ katamu ? Seung Hyun..” “Ada apa ? Apakah kalimatku salah ?” “Tidak. Itu kabar yang sangat baik, hehe.” Chan Rin tersenyum meski saat itu jantungnya seperti berhenti berdetak.


D©D©D©D©D©D©


                            “Park Chan Rin. Kau berantakan sekali. Rambutmu hanya dikuncir asal-asalan. Pakaianmu juga sekenanya saja. Pantas saja ia lebih memilihnya. Yeoja itu sangat cantik. Mereka berdua terlihat serasi. Ya.. benar.. kau harus mendukungnya jika kau benar-benar menginginkan yang terbaik untuknya.” Chan Rin berbicara ke bayangannya sendiri yang terpantul di cermin toilet. Sekali lagi ia menghembuskan nafas panjang dan mengulum senyum untuk dirinya sendiri.


D©D©D©D©D©D©


                              “Chan Rin-ah, ada yang ingin kutanyakan padamu..” panggil Bom. Chan Rin mendekat lalu duduk di sampingnya. “Ne ? Apa ?” “Bagaimana sifat Seung Hyun yang sebenarnya ?” Chan Rin tak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu. “Ia namja yang baik dan perhatian. Walaupun terkadang menyebalkan dan kasar, haha. Hmm, waeyo Bommmie-ah ?” “Hmm itu.. sebenarnya, ia menyatakan perasaannya padaku kemarin. Aku hanya ingin memastikan saja. Syukurlah kalau begitu..” DEG. Jantung Chan Rin berpacu lebih cepat dari biasanya. Ia sangat terkejut sampai tak bisa berkomentar apapun. “Chan Rin-ah, gwenchanayo ?” tanya Bom. “Aku butuh udara segar, maaf.” Chan Rin menyeret langkahnya keluar dari doojoo dan terduduk di teras kayunya.
Hhhh,, Seung Hyun.. Kau..
Sakit, bisiknya dalam hati.


D©D©D©D©D©D©


                         “Kenapa kau tidak cerita padaku ??” tanya Chan Rin langsung pada Seung Hyun ketika dalam perjalanan berangkat keesokan harinya. “Cerita apa ?” “Kau dengan Bom.” Seketika Seung Hyun tertawa untuk beberapa saat. “Kenapa malah tertawa ?!” “Tak apa. Yah benar.. itu,, aku tidak menceritakannya karena jika aku ditolak, pasti kau akan habis-habisan menertawaiku,” ujar Seung Hyun masih tertawa. “Lalu ? Kau diterima kan olehnya ?” tanya Chan Rin. Ia merasa jawaban ‘tidak, aku ditolak’ akan lebih baik didengarnya. “Tentu saja !! Aku ingin menceritakannya padamu, ternyata kau sudah tau lebih dulu ! Haha.”

                      DEG. Entah mengapa hati Chan Rin terasa sakit mendengarnya. Namun segera ia sembunyikan perasaan itu dengan tawa, “Ahh begitu haha. Chukkae yaa !! Kau harus menraktirku nanti !!” Ia menjotos pelan bahu namja itu. Seung Hyun hanya tertawa dan mengacungkan jempolnya.


D©D©D©D©D©D©


                        “Oh ayolah, tidak bisakah kau turun bus lebih cepat ?” omel Seung Hyun menanti Chan Rin di pintu bus. “Aissh aku sudah cepat tau ! Busnya kan memang penuh ! Kau saja yang terlalu cepat ! Kau..” “Nanananana aku tidak mendengarnya, aku tidak mendengarnya.. hahaha.” PLETAK. “YA ! Jangan memukul kepalaku terus !” “Salah sendiri, kau menyebalkan sih !” gerutu Chan Rin. Mereka berjalan di lorong sekolah sambil bercanda-canda sampai seorang yeoja menyapa mereka. “Annyeong Chan Rin-ah ! Seung Hyun !” Gadis cantik itu tersenyum ke arah mereka. “Bommie-ah !” “Bommie !” Seung Hyun langsung merangkul yeoja itu. Chan Rin berusaha mengalihkan pandangannya dengan tidak memperhatikan keduanya. Seung Hyun dan Bom tampak asyik bercakap-cakap, seolah hanya mereka berdua saja yang berjalan di lorong itu. Bahkan mereka tidak mengajak Chan Rin bergabung dengan keduanya. Sesampainya di depan pintu toilet Chan Rin memisahkan diri dan menghambur ke dalamnya.

                       “Seung Hyun, mana Chan Rin ? Dia bersama kita kan tadi ?” tanya Bom begitu sampai di tangga. “Ah benar. Mollayo. Kurasa dia ke toilet. Nanti juga akan kembali. Nanti aku akan ke kelasmu Bommie !” Seung Hyun melambaikan tangannya dan masuk ke kelasnya sendiri.

------------

                            Chan Rin menghapus air matanya yang entah mengalir sejak kapan. Ia menangis dalam diam di toilet. Ia benci melihat bayangannya sendiri. “Apa yang kau lakukan Chan Rin ? Gadis bodoh. Seharusnya kau bahagia untuknya. Seharusnya kau bahagia, siapapun yang membuatnya bahagia !!” serunya tertahan.


D©D©D©D©D©D©


                          “Chan Rin ! Darimana saja kau ? Tiba-tiba kau menghilang ! Aku cemas tau !” seru Seung Hyun menghampiri Chan Rin yang baru saja masuk kelas. “Toilet. Terima kasih sudah mencemaskanku. Tapi aku tidak butuh itu,” sahut Chan Rin santai. “Kenapa bicaramu begitu ? Matamu sembab, wae ?” tanya Seung Hyun. Ia mengikuti yeoja itu sampai di bangkunya. “Aku mengantuk, kemarin malam tidak bisa tidur. Hmm,, yang penting jangan lupa untuk menraktirku nanti ! Kau sudah janji lho !” Chan Rin kembali bersemangat dengan tersenyum riang pada Seung Hyun. “Hmm,, ne, oke.” Seung Hyun kembali ke kursinya. Matanya tetap menatap Chan Rin. Ia merasakan ada yang berbeda dengan sahabatnya itu. Dan ia rasa ia tau penyebabnya.


D©D©D©D©D©D©


                          Chan Rin mencoba menelepon nomor Seung Hyun berkali-kali sambil menggumam, “Si babo itu ke mana sih ?? Katanya tadi ingin menungguku di depan doojoo !” Tak tahan menunggu, ia memakai kembali sepatunya dan beranjak pulang. Ia melewati jalanan setapak berbatu yang menghubungkan doojoo tempatnya berlatih dengan sekolah. Sepanjang jalan tersebut banyak doojoo-doojoo lain dan juga hamparan rumput. Lalu ia melihat di sana. Sepasang kekasih itu sedang tertawa-tawa. Tangan keduanya berpegangan dan bahkan mereka tak menyadari kehadiran gadis itu. Chan Rin menghampirinya dan melemparkan gelang besi yang dipakainya. “Kau berkata akan menungguku di depan doojoo tempat latihanku, dan membiarkan aku menunggu di sana, sedangkan kau di sini sedang sibuk berpacaran ??? Kau... UHH SEUNG HYUN BODOH !!!!!!!!” Chan Rin merasa hatinya hancur dan pergi dari tempat itu secepatnya. “CHAN RIN !! TUNGGU !!” Seung Hyun hendak mengejarnya namun Bom sudah mengenggam lebih dulu lengannya. “Kau akan meninggalkanku ?” tanyanya. “Sebentar saja.” Seung Hyun menarik lengannya dan mengejar Chan Rin.


------------

                          “Bodoh. Bodoh. Bodoh. Apa yang baru saja kukatakan ? Aku tidak mempunyai hak untuk mengatakan itu ! Apa yang kau lakukan Chan Rin ?? Seung Hyun kau bodoh kau bodoh !! Kenapa kau tidak menyadarinya ?? Aku..” Chan Rin terus menggumam sepanjang padang ilalang itu. “Maaf jika aku bodoh. Kau.. apa Chan Rin ?” Yeoja itu menoleh dan mendapatkan Seung Hyun berdiri di belakangnya. Alih-alih menjelaskan Chan Rin malah meneruskan langkahnya. Jalannya semakin cepat dan kelamaan berubah menjadi lari. “TUNGGU !! Chan Rin !! Aku bisa menjelaskan !!” Seung Hyun terus mengejar Chan Rin. Akhirnya yeoja itu berhenti dan berbalik. “Mianhe, tidak seharusnya aku berkata seperti itu Seung Hyun. Kau dan Bom memang berpacaran. Itu hal yang wajar.. maaf mengganggu kalian. Lebih baik kau kembali, Bom menunggumu di sana.” “Tunggu ! Maaf, aku tidak menepati ucapanku,” ucap Seung Hyun singkat. Chan Rin terdiam, menunggu kalimat yang mungkin akan diucapkan namja itu. Tidak ada. Ia segera berbalik dan hendak melangkah pergi.

                        “Chan Rin.. apa kau menyukaiku ?” tanya Seung Hyun tiba-tiba. Chan Rin tidak berbalik, ia hanya menoleh pelan dan berkata, “Apa maksudmu ? Jangan geer !!” “Oh tidak ya ? Haha berarti aku salah. Yasudah, hati-hati ya,” ucap Seung Hyun. Chan Rin menghela nafasnya dan mengangguk. Ia berjalan pelan, berharap Seung Hyun akan menghentikannya lagi. Namun hal itu tidak pernah terjadi.


D©D©D©D©D©D©


                          Sejak kejadian lima tahun yang lalu itu, Chan Rin selalu berusaha membuka hatinya untuk namja lain. Namun usahanya sia-sia, karena Seung Hyun selalu hadir di setiap harinya, walaupun kehadirannya bukan untuk Chan Rin. Ia selalu tersenyum setiap mendengar Seung Hyun bercerita tentang Bom. Ia selalu tersenyum setiap melihat keduanya berjalan bersama. Meski di sisi lain ia tak pernah bisa menghentikan tangisnya.


D©D©D©D©D©D©


                       “Hahaha begitulah, Bommie selalu membuatku tersenyum Chan Rin !” seru namja di seberang telepon. “Ah senang sekali mendengarnya. Kalian memang serasi Seung Hyun !” komentar Chan Rin di seberang lainnya. “Memang.. Haha, sudah ya, aku ingin menjemput Bommie sekarang !” “Arra arra. Hati-hati ya !” Chan Rin menutup sambungan itu dan kembali tersenyum. “Hati-hati Seung Hyun..”


D©D©D©D©D©D©


                        “Ah ne, Chan Rin di sini. Nuguseyo ?” Chan Rin mendengarkan dengan seksama suara di seberang telepon, “Kami dari Seoul Medical Hospital. Kami menghubungi anda sebagai yang terakhir dihubungi oleh Choi Seung Hyun.” “Ne, lalu ? Memangnya apa yang terjadi dengannya ? Ada apa ??”


D©D©D©D©D©D©


                          Chan Rin duduk menanti di depan ruang operasi bersama Bom dan keluarga Seung Hyun yang sempat ia telepon sejam yang lalu. Ia memandangi jam dengan gelisah dan berharap sesuatu yang baik akan terjadi. Mereka terus menunggu sampai akhirnya dokter keluar dari dalamnya setengah jam kemudian. “Dokter bagaimana ? Bagaimana kondisinya ?” tanya semua orang. “Choi Seung Hyun masih belum sadar, fisiknya hampir tidak mengalami luka namun ia menderita gegar otak menengah. Ia harus dirawat dalam ICU terlebih dahulu dan tolong, jangan usik dia, biarkan ia bangun sendiri,” jelas dokter. “Kapan Seung Hyun akan bangun dokter ?” “Hanya Tuhan yang tahu. Kita tidak pernah bisa mengetahui jangka tak sadarkan diri pasien yang mengalami gegar otak. Oh tapi saya percaya ia akan bangun secepatnya.”


D©D©D©D©D©D©


                          “Seung Hyun ! Cepatlah bangun ! Aku menunggumu di sini..” ucap Chan Rin. Ia menggenggam tangan namja yang berbaring di depannya. Ini sudah hari ketujuh sejak kecelakaan itu. Seung Hyun telah dipindahkan ke kamar meskipun masih dengan alat bantu pernafasan. Ia masih belum sadar sampai detik itu. Namun yeoja itu tak pernah berhenti berharap. Ia mengunjunginya hampir setiap hari dan selalu menyapanya, bercerita dan berdoa untuknya.


                       “Seung Hyun.. Jika kau sudah sadar, aku tidak akan memukul kepalamu lagi ! Tapi kau harus cepat bangun, semuanya merindukanmu !” seru Chan Rin. Sama sekali tak ada reaksi. Bom menjenguknya sesekali. Saat menjenguk ia hanya tersenyum dan berdoa untuk Seung Hyun. Tapi sama seperti Chan Rin, itu sama sekali tak berpengaruh pada Seung Hyun. Ia tetap terkulai tak sadarkan diri di atas ranjang. Sudah hampir sebulan Seung Hyun tidak mengalami kemajuan berarti. Justru kesehatannya semakin menurun. “Seung Hyun.. apa sekarang kau mendengarku ? Cepatlah kembali ke sini.. semuanya merindukanmu.. orang tuamu, aku,, Siwon.. juga.. Bom. Kau ingat Bom kan ? Ia gadis yang baik, sama sepertiku ia juga menunggumu. Jadi, cepatlah sadar ya !” Chan Rin selalu berkata seperti itu setiap hari, berharap Seung Hyun akan mendengarnya. Harapannya tak pernah pupus.


D©D©D©D©D©D©


                            Kedua gadis itu menatap Seung Hyun lekat-lekat. Tiba-tiba salah seorang di antaranya mendesah dan berkata, “Chan Rin-ah.. kapan ia akan bangun ? Ia sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda apapun.” “Bommie.. kita hanya harus sabar menunggu. Seung Hyun pasti akan bangun. Walau mungkin itu akan memakan waktu yang lama. Tapi kita akan menunggunya kan ?” ucap Chan Rin. “Hmm.. entahlah.. Tapi jika terlalu lama..” “Bommie, Seung Hyun percaya padamu, jadi kau juga harus memercayainya.” “Ne, kau benar Chan Rin-ah..”


D©D©D©D©D©D©


                         “Chan Rin-ah..” panggil Bom. “Ne ? Apa ?” sahut Chan Rin. Keduanya berada di dalam kamar Seung Hyun. Hari ini sudah memasuki bulan kesembilan masa rawat inap namja itu. “Aku ingin bercerita.. Aku,, aku tidak pernah merasa bahagia selama berpacaran dengan Seung Hyun,” ucap Bom langsung. “Mwo ?? Wae ? Bukankah kalian sudah berpacaran selama lima tahun ?” tanya Chan Rin. Ia tak percaya Bom mengatakan demikian, padahal Seung Hyun selalu bahagia bersamanya. “Ya.. itu benar. Tapi aku tak tau.. Aku selalu mencari perasaan itu jika dengannya. Tapi yang kudapatkan hanya perasaan seperti seorang teman. Akhirnya aku sadar, bahwa aku tidak mencintainya Chan Rin-ah..” ujar Bom jujur. Chan Rin terdiam sejenak. Tiba-tiba pikirannya melayang ke Seung Hyun yang selalu senang menceritakan tentang Bom.. Seung Hyun yang selalu bangga memiliki Bom. Semuanya tak sepadan dengan kenyataan yang diungkapkan oleh yeoja di depannya ini. “Tapi, tapi Seung Hyun mencintaimu ! Ia percaya padamu Bommie !” ucap Chan Rin tercekat. “Aku tau.. Sebenarnya aku sudah ingin berpisah dengannya, tapi aku tak tega. Ia selalu, entahlah.. bahagia denganku.” “Jangan hancurkan hatinya Bommie.. Seung Hyun benar-benar mencintaimu..” ulang Chan Rin. “Tapi aku tidak bahagia dengannya Chan Rin-ah.. Aku tidak seharusnya berada di sisinya.. Semua adalah kesalahan !” Mulut Chan Rin membuka, ia berharap tak mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Bom. Ia tak bisa membayangkan betapa hancurnya hati Seung Hyun jika mendengar hal ini. “Aku merasa tidak lebih baik di sini, sebaiknya aku pulang,” tegas Bom. Yeoja itu keluar dari kamar, meninggalkan Seung Hyun dan juga Chan Rin yang masih terkejut dengan ucapannya.


                          “....” Tiba-tiba Chan Rin mendengar sesuatu dari kamar itu. Ia sangat kaget saat jemari Seung Hyun bergerak-gerak lemah. Chan Rin mendekatkan telinganya, dan kini gumaman itu terdengar jelas.
“Bom....” Dan air mata itu pun jatuh.


D©D©D©D©D©D©


                             Sejak pengakuan yang dibuatnya di kamar Seung Hyun lima bulan yang lalu itu, Bom tidak pernah menjenguk Seung Hyun lagi. Chan Rin merasa lebih baik dengan hal itu, namun di sisi lain ia mengkhawatirkan keadaan Seung Hyun yang kini mulai sering mengigaukan nama Bom. Akhirnya ia berpikir meminta Bom menjenguk kembali dapat membantu mempercepat kesadaran Seung Hyun. “Oh ayolah.. Bommie.. angkatlah,” bisik Chan Rin tak sabar. “Hah apa ? Kenapa pulsaku habis ? YA !” Chan Rin pun keluar dari kamar untuk menggunakan telepon umum yang ada di lantai satu. Betapa terkejutnya ia saat melihat Bom berjalan dengan seorang namja yang ia kenal sebagai Siwon. Keduanya tertawa-tawa dan terlihat sangat nyaman satu sama lain. Chan Rin segera menghampiri keduanya dan berseru, “Bommie-ah, jadi dia yang membuatmu lebih merasa nyaman ? Kau meninggalkan Seung Hyun untuk.. sepupunya sendiri ??” “Chan Rin-ah.. kau tidak mengerti perasaanku. Tolong jangan memaksaku..” ucap Bom. “Seung Hyun akan mengerti suatu saat nanti Chan Rin,” ucap Siwon. “Tapi.. hhhhh.. baik tidak ada gunanya memaksamu. Aku hanya ingin meminta tolong.. Tolong jenguk Seung Hyun lagi.. kurasa ia membutuhkanmu. Ia menyebutkan namamu, Bommie..” ujar Chan Rin menyerah. “Aku tidak bisa Chan Rin..” hela Bom. “Wae ? Jika kau memang sudah tak mencintainya lagi, setidaknya tolonglah orang yang mencintaimu Bom !” Usai berkata demikian Chan Rin langsung meninggalkan keduanya dan bergegas menuju kamar Seung Hyun. Ia merasa sangat kecewa pada Bom. Ia telah menyerah mengenai Seung Hyun beberapa tahun belakangan ini. Namun Bom justru..


D©D©D©D©D©D©


                            “Chan Rin-ah..” Sesosok yeoja berponi muncul dari ambang pintu dan berdiri di samping Chan Rin. “Jika kau hanya akan menyakitinya lebih baik kau pulang saja,” ucap Chan Rin sedikit sinis. Bom terdiam dan memerhatikan Seung Hyun yang terbaring lemah. Namja itu memang menyebutkan namanya berkali-kali. Hatinya mengiba, lalu ia mendekat dan menggenggam tangan namja itu. “Seung Hyun.. kau bisa mendengarku ?” tanyanya. Seung Hyun berhenti mengigau dan jemarinya terlihat menggeliat. Bom menatap Chan Rin, seolah ingin bertanya ‘apa lagi yang harus kukatakan?’ Chan Rin berbisik, “Ucapkanlah sesuatu.” “Seung Hyun.. aku, menunggumu untuk sadar. Cepatlah bangun..” ucap Bom. Begitulah yang ia lakukan seminggu akhir ini. Chan Rin berharap Seung Hyun segera membuka matanya, meskipun itu bukan karenanya..


D©D©D©D©D©D©


                          Akhirnya mata itu terbuka. Seung Hyun mengerjap perlahan dan mulai memandangi dua yeoja di sampingnya. “Bom..” bisiknya. “Ne..” Ia berusaha untuk tersenyum, lalu pandangannya mengarah ke Chan Rin. “Hei babo..” bisiknya lagi. “Ne babo. Syukurlah..” ucap Chan Rin senang. “Terima kasih..” ucap Seung Hyun pelan.


D©D©D©D©D©D©


                          “Bommie.. kau tidak akan meninggalkanku kan ?” tanya Seung Hyun beberapa hari setelah kesadarannya pulih. “Ngg ? Ah itu..” Chan Rin memandang pada Bom memintanya untuk berbohong. “Tentu saja tidak..” “Syukurlah.. Aku senang kau ada di sini,” ujar Seung Hyun lalu menggenggam jemari Bom perlahan. Chan Rin memerhatikan pemandangan itu. Tiba-tiba hatinya kembali terasa sakit setelah sekian lama. Ia memang tak pernah bisa menerima hubungan mereka.

------------


                          “Chan Rin-ah.. aku tidak bisa berbohong lagi... Kumohon jangan paksa aku. Yang penting ia sudah sadar kan ? Selanjutnya terserah padamu..” ucap Bom di luar kamar. “Tolonglah Bommie.. apa kau tak bisa kembali padanya ? Lihatlah wajahnya, ia sangat mengharapkanmu. Jangan buat hatinya hancur..” pinta Chan Rin. “Tapi aku tidak bahagia dengannya.” “Tapi kau adalah kebahagiaannya Bommie !” seru Chan Rin. “Mungkin. Tapi dia bukan kebahagiaanku. Kebahagiaanku adalah bersama dengan Siwon. Aku merasa nyaman dengannya., tolong mengertilah Chan Rin-ah..” Bom mulai tampak tak nyaman. “Tolonglah.. jangan bertindak egois Bommie. Ia mempercayaimu. Ia berharap padamu. Ia bahagia denganmu, Seung Hyun..” “Chan Rin ! Kumohon,, kau yang egois. Tolong pikirkan perasaanku juga, kebahagiaanku. Aku tidak bisa berpura-pura lagi..” tegas Bom. Ia tidak memberi Chan Rin kesempatan, melainkan malah berlari meninggalkan yeoja itu terdiam di sana.


D©D©D©D©D©D©


                           “Chan Rin, mengapa Bom tidak datang akhir-akhir ini ?” tanya Seung Hyun. “Mollayo. Aku tidak tau..” jawab Chan Rin. Yeoja itu belum siap memberitahukan kenyataannya pada Seung Hyun. Tiba-tiba pintu berderit, menampakkan seorang yeoja cantik berambut panjang. “Annyeong..” salamnya. “Bom..” Seung Hyun tersenyum sedangkan Chan Rin memandangnya penuh tanya. “Seung Hyun.. kupikir sudah saatnya aku mengatakan yang sbebenarnya,” ucap Bom langsung. “Apa maksudmu ?” Bom menghela nafasnya sesaat dan melanjutkan kalimatnya. “Sebaiknya kita berpisah saja. Aku tidak merasakan kebahagiaan saat denganmu Seung Hyun.. Kau pasti mengerti.” Seung Hyun terpaku mendengar hal itu. Sekonyong-konyong ia merasa sakit di sana, di dalam dadanya. “Bom.. apa yang kau katakan ?” tanya Seung Hyun. Chan Rin tertegun melihat kejujuran Bom. Ia tidak berkomentar apapun. “Kau sudah mendengarnya Seung Hyun.. Aku telah menemukan kebahagiaanku yang lain.” “Siapa..?” “Siwon.” Nama itu semakin membuat hatinya terasa lebih sakit. “Tapi kita sudah lama..” “Aku tau, tapi aku sudah tak bisa membohongi diriku lagi. Kau pasti paham Seung Hyun..” ucap Bom. “Tapi kita bisa memulainya lagi dengan lebih baik,” ujar Seung Hyun. “Seung Hyun kumohon.. Aku akan menikah dengannya !” Pernyataan Bom yang terakhir membuat perasaannya hancur. Entah bagaimana ia seperti sudah tau hal ini pasti akan terjadi. Seung Hyun tidak bertanya banyak melainkan hanya mencoba tersenyum dan berkata, “Aku mengerti.. Pergilah jika kau menginginkannya Bom.. Siwon adalah pria yang tepat.” Chan Rin dan Bom tak menyangka Seung Hyun akan menerimanya secepat itu. Keduanya masih terpekur di tempat masing-masing menatap Seung Hyun yang tersenyum tulus. “Semoga kau bahagia dengannya Bom..”


D©D©D©D©D©D©


                              Pagi itu Seung Hyun diizinkan untuk keluar dari kamarnya untuk menghadiri acara keluarga. Yakni upacara pernikahan sepupunya, Siwon. Ia mengenakan jas hitam dengan potongan sederhana. Ia duduk di samping Chan Rin yang tampil sedikit lebih rapi pagi itu dengan gaun keunguan. Mereka tampak khidmat mengikuti jalannya upacara. Seung Hyun memandangi pengantin wanita itu dengan tatapan nanar. Yeoja itu yang tak lain adalah Bom, kelihatan sangat cantik dengan gaun pengantinnya. Akhirnya ikrar itu pun diucapkan. Janji abadi telah dibuat. Seung Hyun menggenggam tangan Chan Rin dan mencoba tersenyum. Chan Rin dapat melihat perbedaan ekspresi yang tampak sedikit dipaksakan oleh namja di sebelahnya. Seung Hyun.. kau pura-pura bahagia padahal hatimu sangat terluka kan sekarang ? batin Chan Rin. “Chan Rin.. Kau tau apa hal yang paling menyakitkan di dunia ini ?” tanya Seung Hyun. “Menurutmu apa ?” “Saat kau mencintai seseorang tapi tidak bisa memilikinya.. saat kau melihat orang yang kau cintai, justru menikah dengan orang lain..” ucapnya pelan. “Seung Hyun..” “Tapi sudah tidak apa-apa. Mereka akan bahagia kan ? Aku masih memilikimu, sebagai sahabat terbaikku, Chan Rin !” Chan Rin hanya tersenyum mendengarnya.


D©D©D©D©D©D©


                           Seung Hyun memandang ke arah luar jendela. Langit berbintang membayangi kota Seoul. Beberapa hari lagi ia sudah diperbolehkan keluar rumah sakit. Tampaknya langit berubah cerah seolah menyambut kepulangannya.


                            “Chan Rin..” panggilnya. Yeoja itu menoleh dan bertanya, “Ne ? Apa ?” “Gomawo sudah menjagaku selama ini.  Ini benar-benar bukan waktu yang sedikit.. Dan kau malah bersedia menjagaku,” lanjutnya. “Memang kau tau darimana aku menjagamu ?” tanya Chan Rin ingin tahu. “Eomma dan appa yang mengatakannya. Katanya kau selalu berusaha membangunkanku bagaimanapun caranya. Haha, aku jadi ingin lihat wajahmu jika seperti itu,” canda Seung Hyun. “Yaa.. sebaiknya kau tidak usah melihatnya !” seru Chan Rin.

                         “Chan Rin.. apa kau menyukaiku ?” tanya Seung Hyun tiba-tiba. Chan Rin hanya tertawa dan berkata, “Lagi-lagi geer. Hahaha..” “Aku mendengar suaramu saat itu. Kau sedang menangis. Kau terus-terusan menyebut namaku dalam doamu. Jawablah Chan Rin..” ucap namja itu. Matanya kini beralih dari jendela menuju mata Chan Rin. Ia bisa melihat yeoja itu menggigiti bibirnya. “Memangnya kenapa ? Apa itu salah ?” tanya Chan Rin. “Aku tidak berkata seperti itu !” Chan Rin menghembuskan nafasnya yang berat lalu menunduk. “Aku.. aku memang menyukaimu. Sejak dulu.. Tapi aku tidak pernah memiliki keberanian untuk mengatakannya. Tapi.. dengan menjadi sahabatmu itu sudah cukup,” terang Chan Rin. Seung Hyun masih menatapnya, bibirnya tersenyum dan berkata, “Aku memang sudah tau akan hal itu. Tapi.. maafkan aku Chan Rin, aku tidak bisa membalasmu lebih.”  Chan Rin memejamkan matanya dan menyahut, “Aku tau.. aku tidak akan memaksa.” Seung Hyun membuka lengannya, mengundang sahabatnya itu bergabung. Keduanya berpelukan, merasakan hal yang sama. Yaitu perasaan cinta sendiri. “Aku menyayangimu.. sebagai sahabat Chan Rin. Kita masih sahabat kan ?” tanya Seung Hyun. “Tentu saja bodoh !” jawab Chan Rin. Lalu keduanya tertawa-tawa bersama. Tanpa menyadari diam-diam bintang di luar sana bersinar sangat terang. Seperti ingin berkata, jagalah persahabatan kalian seterang sinarku ini !


````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````


I’m proud with you
You are my bestfriend ever
Whatever we have done, whatever we have had
We’re still standing here to face the future
And after all this time
You teach me one thing
That here we are, ready to listen our bestfriends
Ready to support them, ready to share with them
And ready for crying together
That’s what’s friends are for
In good times and bad times
That’s friendships are supposed to be
-Nabila AIA-



THE END

Comments

Popular Posts