Melbourne in 3 Days!
Jika sedang berkunjung ke Australia, pastikan kamu mengunjungi Melbourne! Ibukota negara bagian Victoria yang berada di area tenggara dari benua asal kangguru ini, menawarkan tak hanya kedinamisan kehidupan modern, tapi juga kecantikan kuno mulai dari pusat kotanya hingga daerah pinggirannya. Di kesempatan perdana melancong ke Aussie, saya memilih Melbourne sebagai tujuan pertama. Karena waktu liburan yang terbatas, kali ini hanya 3 hari waktu yang tersedia untuk menikmati kota ini.
DAY 1: CBD & BRIGHTON
half day
Hari pertama tiba di Aussie, mendarat di Tullamarine International Airport (MEL) saat tengah hari. Karena terletak di pinggiran, kita harus menaiki transportasi umum yang tersedia, yakni taksi atau Sky Bus ini. Karena biaya taksi cukup mahal, maka saya memilih menumpang Sky Bus dari Terminal 3. Tiket bus ini dapat dibeli di konter-konter sekitar arrival hall. Harga one-way sebesar 19 AUD, dan two-way adalah 37 AUD. Jika kamu ingin meninggalkan Melbourne melalui bandara yang sama, sebaiknya membeli two-way karena lebih murah dan praktis tidak perlu membeli lagi. Karena Sky Bus menyediakan beberapa jurusan, untuk menuju kota, pilih Coach Terminal atau Southern Cross Station sebagai tujuan akhirnya. Bus bertingkat berwarna merah ini cukup nyaman, dengan fasilitas free wifi yang cukup kencang. Ohya omong-omong, jika kamu berminat untuk menggunakan internet tanpa roaming, dapat membeli sim card baru di bandara. Provider yang populer dan katanya bagus sih Optus atau Telstra. Cukup seharga 30 AUD, kita sudah bisa menikmati 6 GB internet 4G yang berlaku selama 30 hari.
ki-ka : 1) MEL airport; 2) Tiket SkyBus ; 3) Interior kereta cr: dokumen pribadi |
Back to road, perjalanan menuju CBD (Central Business District) atau pusat kotanya, memakan waktu sekitar 20-30 menit saja. Turun di Coach Terminal, kita langsung disambut oleh area stasiun yang menyatu dengan terminal bus ini, atau Southern Cross Station. Stasiun ini merupakan stasiun terbesar dan sentral kota Melbourne. Dengan desain yang modern penuh kaca, stasiun ini melayani berbagai jurusan dalam dan luar kota. Disini juga menyediakan prayer room yang dapat digunakan sholat jika sedang berada di daerah sini. Belum lagi terdapat banyak toko dan kafe yang berjajar di dalamnya.
Myki card. cr: ptv website |
Jangan lupa untuk membeli kartu Myki, alias e-money card-nya orang Melbourne untuk menggunakan semua jenis transportasi umum di negara bagian Victoria (kereta, bus & tram). Kartu ini tersedia di pusat informasi Coach Terminal seharga 10 AUD belum termasuk isinya. Untuk mengetahui jalur rute transportasi umum, dapat mengandalkan Google Maps dan PTV (Public Transport Victoria) apps yang dapat didownload di App Store. Rata-rata biaya sekali jalan adalah sebesar 4,3 AUD untuk semua jenis transportasi. Tapi, jika hanya ingin berkeliling kota, kita bisa memanfaatkan jalur free tram zone yang notabene gratis! Untuk lebih detailnya bisa dicek disini.
Melanjutkan perjalanan menuju penginapan yang berada di East Melbourne, saya mencoba naik kereta. Kereta disini cukup lengang dan bagus. Belakangan saya tahu orang-orang lebih menyukai naik tram. Karena selain lebih bervariasi (banyak nomor menuju jurusan yang sama), rupanya kartu Myki kita cukup swipe satu kali saja selama 4 jam. Sedangkan jika naik kereta kita harus men-swipe untuk masuk dan keluar jalurnya.
Melbourne CBD. cr: dokumen pribadi |
Sebelum menuju objek pertama yakni Brighton Beach, kami menyempatkan diri melihat-lihat pusat kota di sepanjang Swanston & Collin Street, yang merupakan bagian dari Melbourne CBD. Kota Melbourne merupakan paduan yang unik, antara toko-tokonya yang bersahaja dan mall-mall papan atas, antara perkantoran modern dengan gedung-gedung menjulang dan hall kota serta gereja yang sudah berusia ratusan tahun. Bagian kota yang ini rasanya tidak pernah sepi, selalu ada saja orang-orang yang melintas berjalan di trotoarnya, selalu ramai tramnya. Menurut saya area ini cukup cantik. Karena kebetulan kami berkunjung di saat musim dingin, rasanya aura kecokelatan dengan pepohonan kering sangat cantik disandingkan dengan bangunan-bangunan kuno Melbourne.
Brighton Bathing Boxes di Brighton Beach. cr: dokumen pribadi |
Brighton Beach sendiri berada di selatan pusat kota dengan jarak tempuh selama 30 menit dengan menggunakan tram dan kereta. Namun rupanya jarak terdekat dari stasiun terakhir ke pantainya, cukup jauh yakni 1,4 kilometer dan tidak ada transportasi umum lagi! Haha jadilah kami berjalan sekitar 20 menit, melalui pertokoan dan kawasan perumahan. Hingga sampailah kami di deretan bilik pemandian, Brighton Bathing Boxes yang merupakan salah satu ikon kota Melbourne, yang berada tepat di bibir pantai. Area ini adalah tempat terbuka tanpa biaya masuk, jadi bebas untuk berfoto dan menikmati pemandangan lautan yang cantik selama mungkin.
Makan malam kami lanjutkan di Dodee Paidang Thai Bar and Cafe yang berada di CBD, Little Collins street. Restoran yang menyajikan masakan Thailand ini selalu ramai pengunjung, jadi harap bersabar dengan antrean ya! Untuk dapat menikmati menu kenyang yang beragam, cukup merogoh kocek sekitar 25 AUD saja per orang. Ohya selama di Australia, jika kalian ingin menghemat, tidak perlu memesan minuman di restoran karena air putih selalu disediakan dan gratis! Maklum, tinggal ngambil di kran saja, haha.
Selama berjalan-jalan di malam hari, kalian akan melihat beberapa 'pengamen keren' yang menempati spot-spot ramai di kota ini. Iya beneran keren deh. Dengan suara merdu dan super modal (mereka membawa gitar atau saxophone, lengkap dengan speaker set sendiri), dan dengan tampilan yang cukup bersih, mereka akan menghibur para pejalan kaki dengan lagu-lagu easy listening.
DAY 2: GREAT OCEAN ROAD
full day
Jika kalian sedang browsing objek wisata yang berada di Melbourne dan sekitarnya, pasti kawasan yang satu ini selalu tampil di deretan utama. Great Ocean Road, sesuai dengan namanya, merupakan ruas jalanan yang memanjang lebih dari 200 kilometer di pantai Selatan Victoria dimulai dari kota Torquay sampai Allansford. Karena jaraknya yang cukup jauh dari pusat kota Melbourne, saya sarankan untuk mengikuti tur grup atau pribadi yang banyak ditawarkan online. Harga tur ini bermacam-macam, tergantung musim dan agen. Di musim panas, tarif yang ditetapkan akan lebih tinggi dibandingkan musim dingin, mulai dari 85 USD. Karena saya berlibur saat musim dingin, terdapat harga khusus yaitu 75 USD saja dalam rombongan mini bus berkisar 15 orang. Atau bagi yang ingin lebih santai dan memiliki SIM internasional, bisa dicoba untuk menyewa mobil sendiri yang juga bervariasi biaya sewanya, mulai dari 400 ribuan rupiah hingga jutaan rupiah.
Meeting point kami terletak di dekat Fitzroy Garden yang luas dan hijau. Di sekitar taman ini banyak terdapat gedung tinggi nan kuno yang difungsikan sebagai hotel, termasuk Windsor Hotel yang cantik. Tak berapa jauh dari sana berdiri Parliament House yang menyiratkan kesan agung lama.
Setelah 2 jam perjalanan dari pusat kota, tempat persinggahan pertama adalah Great Ocean Road Chocolatier atau pabrik cokelat yang memproduksi berbagai macam makanan (dari cemilan, es krim, hingga makanan berat) berbahan cokelat yang dipadu dengan kacang-kacangan atau buah-buahan kering. Harga cokelat bervariasi, dalam kemasan-kemasan cantik yang cocok untuk dijadikan oleh-oleh. Bagi kalian yang tidak berminat membeli, disini juga disediakan cokelat potongan yang dapat dicicipi secara gratis. Selain itu, disini kita juga bisa melihat langsung proses pembuatan cokelat yang didesain secara transparan dan bersih.
Pemberhentian kedua adalah Teddy's Lookout, semacam viewpoint yang terletak di puncak bukit Lorne. Dari titik ini, kita dapat melihat pemandangan 360 derajat seluas bentangan pantai dan laut di bagian depan, dan hijaunya hutan serta lembah pada bagian belakang.
Cukup berkendara selama kurang lebih 30-45 menit, Kennett River berada di sisi kanan jalanan. Area luas yang merupakan taman dan hutan ini, terkenal dengan burung-burung dan koala liarnya. Disini kita bisa menemukan banyak burung termasuk kakatua, Australian King Parrot, dan Crimson Rosella. Jika beruntung kita dapat menemukan satu atau dua koala yang biasanya sedang tertidur di siang hari pada cabang pepohonan di sekitar area.
Hari sudah beranjak siang ketika kami sampai di Apollo Bay. Disini banyak deretan toko-toko, motel, dan restoran. Salah satunya yang tenar adalah Iluka Motel & Restaurant. Harga menu disini kurang lebih sama seperti di kota, dan makanan yang disajikan merupakan khas Australia, dengan ayam atau ikan panggang yang dimakan dengan kentang dan salad.
Setibanya di Princetown, kita segera menepi menuju arah 12 Apostles yang terkenal. Daerah tebing ini, merupakan salah satu daratan tertinggi di sepanjang Great Ocean Road, yang langsung bersisian dengan lautan Great Australian Bight. Kawasan yang cukup luas ini, memiliki panorama yang sangat cantik dan luas. Kita dapat menyaksikan betapa agungnya tebing bebatuan gamping yang tergerus oleh angin dan air lautan, termasuk birunya air dan kerasnya ombak yang menerpa. Namun, karena viewpoint berada di puncak tebing, kita harus siap siap ditiup angin yang super kencang. Saya pribadi, belum pernah merasakan angin yang lebih kencang sebelumnya. Dan jika kalian berkunjung di musim dingin, harus siap siap juga karena area ini adalah yang paling dingin di Great Ocean Road. Mungkin bisa juga karena pengaruh angin ya...
Hanya sekitar 4 kilometer ke barat, kami tiba di Loch Ard Gorge untuk menyaksikan keindahan alam lain, Shipwreck Walk. Masih berupa tebing dan hamparan rumput liar, kita bisa menuruni tebing ini hingga ke pantai cekung yang dilindungi oleh dua tebing besar lain. Dinamakan Shipwreck karena dulu tempat ini merupakan titik terdamparnya perahu Loch Ard di tahun 1878.
Masih di area yang sama, Island Archway dapat ditemukan hanya 10 menit berjalan kaki dari Shipwreck Walk. Masih menawarkan keindahan limestone, tebing ini hanya selemparan batu dari viewpoint.
Dan objek terakhir Razorback, merupakan tebing yang berada memanjang di dekat daratan utama. Batu ini memecah ombak yang cukup besar dari arah lautan dan menghasilkan panorama yang indah.
Sesaat setelah pukul 7 kami sudah sampai di CBD dan makan malam hari kedua kami sempatkan di Menya Ramen yang berada tidak jauh dari Queen Victoria Market. Dengan kisaran harga di bawah 15 AUD, kita sudah bisa menikmati ramen atau menu khas Jepang lainnya dengan porsi yang membuat kaget saking banyaknya.
DAY 3: MELBOURNE CBD & DOCKLANDS
ki-ka: 1) segelas kopi hangat dengan latar belakang Parliament House; 2) Hotel Windsor cr: dokumen pribadi |
Meeting point kami terletak di dekat Fitzroy Garden yang luas dan hijau. Di sekitar taman ini banyak terdapat gedung tinggi nan kuno yang difungsikan sebagai hotel, termasuk Windsor Hotel yang cantik. Tak berapa jauh dari sana berdiri Parliament House yang menyiratkan kesan agung lama.
Berbagai macam cokelat yang dijajakan di Great Ocean Road Chocolatier cr: dokumen pribadi |
Setelah 2 jam perjalanan dari pusat kota, tempat persinggahan pertama adalah Great Ocean Road Chocolatier atau pabrik cokelat yang memproduksi berbagai macam makanan (dari cemilan, es krim, hingga makanan berat) berbahan cokelat yang dipadu dengan kacang-kacangan atau buah-buahan kering. Harga cokelat bervariasi, dalam kemasan-kemasan cantik yang cocok untuk dijadikan oleh-oleh. Bagi kalian yang tidak berminat membeli, disini juga disediakan cokelat potongan yang dapat dicicipi secara gratis. Selain itu, disini kita juga bisa melihat langsung proses pembuatan cokelat yang didesain secara transparan dan bersih.
Es krim dan tampilan halaman Great Ocean Road Chocolatier cr: dokumen pribadi |
Teddy's Lookout viewpoint cr: dokumen pribadi |
Pemberhentian kedua adalah Teddy's Lookout, semacam viewpoint yang terletak di puncak bukit Lorne. Dari titik ini, kita dapat melihat pemandangan 360 derajat seluas bentangan pantai dan laut di bagian depan, dan hijaunya hutan serta lembah pada bagian belakang.
Kennett River dengan berbagai satwa liar yang ramah dengan manusia cr: dokumen pribadi |
Cukup berkendara selama kurang lebih 30-45 menit, Kennett River berada di sisi kanan jalanan. Area luas yang merupakan taman dan hutan ini, terkenal dengan burung-burung dan koala liarnya. Disini kita bisa menemukan banyak burung termasuk kakatua, Australian King Parrot, dan Crimson Rosella. Jika beruntung kita dapat menemukan satu atau dua koala yang biasanya sedang tertidur di siang hari pada cabang pepohonan di sekitar area.
Iluka Restaurant cr: dokumen pribadi |
Hari sudah beranjak siang ketika kami sampai di Apollo Bay. Disini banyak deretan toko-toko, motel, dan restoran. Salah satunya yang tenar adalah Iluka Motel & Restaurant. Harga menu disini kurang lebih sama seperti di kota, dan makanan yang disajikan merupakan khas Australia, dengan ayam atau ikan panggang yang dimakan dengan kentang dan salad.
The Great 12 Apostles cr: dokumen pribadi |
Setibanya di Princetown, kita segera menepi menuju arah 12 Apostles yang terkenal. Daerah tebing ini, merupakan salah satu daratan tertinggi di sepanjang Great Ocean Road, yang langsung bersisian dengan lautan Great Australian Bight. Kawasan yang cukup luas ini, memiliki panorama yang sangat cantik dan luas. Kita dapat menyaksikan betapa agungnya tebing bebatuan gamping yang tergerus oleh angin dan air lautan, termasuk birunya air dan kerasnya ombak yang menerpa. Namun, karena viewpoint berada di puncak tebing, kita harus siap siap ditiup angin yang super kencang. Saya pribadi, belum pernah merasakan angin yang lebih kencang sebelumnya. Dan jika kalian berkunjung di musim dingin, harus siap siap juga karena area ini adalah yang paling dingin di Great Ocean Road. Mungkin bisa juga karena pengaruh angin ya...
Shipwreck Walk cr: dokumen pribadi |
Hanya sekitar 4 kilometer ke barat, kami tiba di Loch Ard Gorge untuk menyaksikan keindahan alam lain, Shipwreck Walk. Masih berupa tebing dan hamparan rumput liar, kita bisa menuruni tebing ini hingga ke pantai cekung yang dilindungi oleh dua tebing besar lain. Dinamakan Shipwreck karena dulu tempat ini merupakan titik terdamparnya perahu Loch Ard di tahun 1878.
Island Archway cr: dokumen pribadi |
Masih di area yang sama, Island Archway dapat ditemukan hanya 10 menit berjalan kaki dari Shipwreck Walk. Masih menawarkan keindahan limestone, tebing ini hanya selemparan batu dari viewpoint.
Dan objek terakhir Razorback, merupakan tebing yang berada memanjang di dekat daratan utama. Batu ini memecah ombak yang cukup besar dari arah lautan dan menghasilkan panorama yang indah.
Sesaat setelah pukul 7 kami sudah sampai di CBD dan makan malam hari kedua kami sempatkan di Menya Ramen yang berada tidak jauh dari Queen Victoria Market. Dengan kisaran harga di bawah 15 AUD, kita sudah bisa menikmati ramen atau menu khas Jepang lainnya dengan porsi yang membuat kaget saking banyaknya.
DAY 3: MELBOURNE CBD & DOCKLANDS
full day
Hari ketiga kami habiskan dengan berjalan-jalan seputaran kota. Usai merayakan Idul Adha di RMIT University, saya sempatkan diri untuk menikmati kesibukan kota Melbourne dengan gedung-gedungnya yang cantik. Universitas yang berada di tengah kota ini pun memiliki beberapa spot cantik antara gedung kunonya dan bangunan modern.
Tujuan pertama kami tentu saja Queen Victoria Market. Pasar modern yang hanya buka di pagi hingga siang hari ini menjual berbagai macam keperluan sehari-hari mulai bahan makanan segar termasuk sayur, buah dan daging, makanan siap santap dan kue-kue menarik, hingga buah tangan seperti pernak pernik khas Australia dan pakaian. Pasar yang dibagi menjadi 3 bagian ini dimulai dengan bangunan utama yang menjadi tempat jual beli bahan makanan segar, setelah itu disusul dengan area seperti carport luas yang berisikan kios-kios penjual pernak-pernik dan pakaian. Dan yang ketiga adalah area restoran atau kafe. Pasar ini selalu ramai akan pengunjung yang terdiri dari masyarakat Melbourne sendiri dan juga turis yang umumnya memadati kawasan oleh-oleh. Jika ingin membeli oleh-oleh, rupanya tempat inilah yang paling recommended dengan harganya yang ramah kantong, bahkan beberapa penjualnya adalah orang Indonesia! Haha. Yup. Melbourne adalah kota dengan banyak ras, termasuk orang Indonesia pun banyak dijumpai disini. Ohya jika mengunjungi Melbourne di musim panas atau dingin, pastikan kamu main ke pasar ini di Rabu malam ya. Karena akan ada festival makanan dan musik yang hangat dan meriah!
Melanjutkan perjalanan di kota, kami memilih berjalan kaki karena selain areanya yang masih mudah dijangkau dengan berjalan, rasanya tidak ada salahnya mengikuti ramainya pejalan kaki yang tidak pernah sepi di kota ini. Kami mampir di Union Lane dan Hosier Lane Street Art yang terkenal dengan kreasi dan seni mural di sepanjang gang. Mural bukanlah hal yang asing bagi kota Melbourne. Bahkan di beberapa tempat di sudut kota dan pemukiman tak jarang kita bisa menemukan spot-spot mural yang keren untuk berfoto.
Dengan melewati Swanston dan Collins Street yang merupakan jalanan utama kota di sisi ini, kita sudah bisa bertemu dengan pusat kota yang ditandai dengan Flinders Street Railway Station, St. Paul's Church, dan Federation Square. Ketiga tempat iconic ini berada di satu perempatan yang sama dengan sisi yang berbeda. Jika sedang ke Melbourne, rasanya kurang jika tidak mengabadikan momen di area ini. Untuk Federation Square sendiri yang menurut saya seperti alun-alun kota, terdapat museum modern yang mengangkat tema perfilman. Semuanya gratis, kecuali jika memang sedang ada pertunjukkan di gedung filmnya. Berjalan sebentar dari sana, kita dapat mampir di National Gallery of Victoria dan Shrine of Remembrance, yang berada di area taman kota (Alexandra, Queen Victoria, dan Kings Domain Garden). Salah satu keindahan Australia juga terletak di taman kotanya yang tertata apik. Jika di musim dingin saja sudah cantik, bisa dibayangkan di musim semi dan gugur ya?
Bergerak ke arah barat, kami mengunjungi wilayah Docklands yang indah dengan Sungai Yarra dan deretan perkantoran modern serta shopping centre. Mendekati sunset, berjalan-jalan disini merupakan salah satu pilihan. Dengan deretan kafe yang terletak di dekat DFO SouthWharf, kita bisa menikmati matahari terbenam di antara gedung dan sungai.
Selepas sore, kami kembali ke CBD dan saya menyempatkan diri untuk mampir ke perpustakaan besar kota, State Library of Victoria. Perpustakaan dengan 6 lantai ini buka dari pagi hingga malam hari, dan kalian bisa menemukan banyak pengunjung lokal maupun turis untuk membaca, surfing internet, bermain catur, ataupun hanya melihat-lihat. Perpustakaan ini gratis dibuka untuk umum, namun untuk mengakses lantai 4 ke atas hanya dapat dilakukan pukul 10 pagi hingga 5 sore saja.
Makan malam terakhir di Melbourne kami lewatkan di salah satu kafe hits internasional, Max Brenner Chocolate Bar. Kafe yang berpusat di New York, USA, ini menyajikan berbagai macam makanan dan minuman berbahan dasar cokelat, dan tidak pernah sepi pengunjung. Well, karena setelah menikmati sendiri, memang enak dan worth it untuk mengantre. Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai dari 2 hingga 35 AUD per porsi. Berada di pusat kota dan sangat dekat dengan perpustakaan, kafe ini cukup mudah ditemukan meski berada di dalam area shopping centre.
Sebelum beranjak pulang, kami mampir di salah satu supermarket Aussie, Coles. Salah satu tempat yang harus dikunjungi setiap bepergian keluar negeri adalah supermarketnya! Yep. Bagi saya, mengunjungi swalayan lokal sangat menarik karena disini kita dapat membeli berbagai jajan, bahan makanan atau minuman, dengan harga terjangkau yang bisa dijadikan oleh-oleh. Selain Coles, Woolworths juga dapat menjadi pilihan, karena cabangnya tersebar di seluruh Aussie.
DAY 4: MELBOURNE'S LOVE
RMIT University dan sekitarnya cr: dokumen pribadi |
Tujuan pertama kami tentu saja Queen Victoria Market. Pasar modern yang hanya buka di pagi hingga siang hari ini menjual berbagai macam keperluan sehari-hari mulai bahan makanan segar termasuk sayur, buah dan daging, makanan siap santap dan kue-kue menarik, hingga buah tangan seperti pernak pernik khas Australia dan pakaian. Pasar yang dibagi menjadi 3 bagian ini dimulai dengan bangunan utama yang menjadi tempat jual beli bahan makanan segar, setelah itu disusul dengan area seperti carport luas yang berisikan kios-kios penjual pernak-pernik dan pakaian. Dan yang ketiga adalah area restoran atau kafe. Pasar ini selalu ramai akan pengunjung yang terdiri dari masyarakat Melbourne sendiri dan juga turis yang umumnya memadati kawasan oleh-oleh. Jika ingin membeli oleh-oleh, rupanya tempat inilah yang paling recommended dengan harganya yang ramah kantong, bahkan beberapa penjualnya adalah orang Indonesia! Haha. Yup. Melbourne adalah kota dengan banyak ras, termasuk orang Indonesia pun banyak dijumpai disini. Ohya jika mengunjungi Melbourne di musim panas atau dingin, pastikan kamu main ke pasar ini di Rabu malam ya. Karena akan ada festival makanan dan musik yang hangat dan meriah!
Queen Victoria Marketcr: dokumen pribadi |
Melanjutkan perjalanan di kota, kami memilih berjalan kaki karena selain areanya yang masih mudah dijangkau dengan berjalan, rasanya tidak ada salahnya mengikuti ramainya pejalan kaki yang tidak pernah sepi di kota ini. Kami mampir di Union Lane dan Hosier Lane Street Art yang terkenal dengan kreasi dan seni mural di sepanjang gang. Mural bukanlah hal yang asing bagi kota Melbourne. Bahkan di beberapa tempat di sudut kota dan pemukiman tak jarang kita bisa menemukan spot-spot mural yang keren untuk berfoto.
Melbourne CBD dan seni mural jalanan cr: dokumen pribadi |
Dengan melewati Swanston dan Collins Street yang merupakan jalanan utama kota di sisi ini, kita sudah bisa bertemu dengan pusat kota yang ditandai dengan Flinders Street Railway Station, St. Paul's Church, dan Federation Square. Ketiga tempat iconic ini berada di satu perempatan yang sama dengan sisi yang berbeda. Jika sedang ke Melbourne, rasanya kurang jika tidak mengabadikan momen di area ini. Untuk Federation Square sendiri yang menurut saya seperti alun-alun kota, terdapat museum modern yang mengangkat tema perfilman. Semuanya gratis, kecuali jika memang sedang ada pertunjukkan di gedung filmnya. Berjalan sebentar dari sana, kita dapat mampir di National Gallery of Victoria dan Shrine of Remembrance, yang berada di area taman kota (Alexandra, Queen Victoria, dan Kings Domain Garden). Salah satu keindahan Australia juga terletak di taman kotanya yang tertata apik. Jika di musim dingin saja sudah cantik, bisa dibayangkan di musim semi dan gugur ya?
Docklands cr: dokumen pribadi |
Bergerak ke arah barat, kami mengunjungi wilayah Docklands yang indah dengan Sungai Yarra dan deretan perkantoran modern serta shopping centre. Mendekati sunset, berjalan-jalan disini merupakan salah satu pilihan. Dengan deretan kafe yang terletak di dekat DFO SouthWharf, kita bisa menikmati matahari terbenam di antara gedung dan sungai.
Selepas sore, kami kembali ke CBD dan saya menyempatkan diri untuk mampir ke perpustakaan besar kota, State Library of Victoria. Perpustakaan dengan 6 lantai ini buka dari pagi hingga malam hari, dan kalian bisa menemukan banyak pengunjung lokal maupun turis untuk membaca, surfing internet, bermain catur, ataupun hanya melihat-lihat. Perpustakaan ini gratis dibuka untuk umum, namun untuk mengakses lantai 4 ke atas hanya dapat dilakukan pukul 10 pagi hingga 5 sore saja.
Menu Max Brenner. Cr: Max Brenner website |
Makan malam terakhir di Melbourne kami lewatkan di salah satu kafe hits internasional, Max Brenner Chocolate Bar. Kafe yang berpusat di New York, USA, ini menyajikan berbagai macam makanan dan minuman berbahan dasar cokelat, dan tidak pernah sepi pengunjung. Well, karena setelah menikmati sendiri, memang enak dan worth it untuk mengantre. Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai dari 2 hingga 35 AUD per porsi. Berada di pusat kota dan sangat dekat dengan perpustakaan, kafe ini cukup mudah ditemukan meski berada di dalam area shopping centre.
Sebelum beranjak pulang, kami mampir di salah satu supermarket Aussie, Coles. Salah satu tempat yang harus dikunjungi setiap bepergian keluar negeri adalah supermarketnya! Yep. Bagi saya, mengunjungi swalayan lokal sangat menarik karena disini kita dapat membeli berbagai jajan, bahan makanan atau minuman, dengan harga terjangkau yang bisa dijadikan oleh-oleh. Selain Coles, Woolworths juga dapat menjadi pilihan, karena cabangnya tersebar di seluruh Aussie.
DAY 4: MELBOURNE'S LOVE
half day
Rasanya tidak sah mengunjungi Melbourne tanpa mencicipi kopi kebanggaan kota ini. Di Melbourne, kopi merupakan minuman kesayangan semua orang. Dan ketika saya menyebut kopi, artinya adalah kopi yang benar-benar kopi, bukan kopi ala-ala Starbucks yang penuh kreasi warna warni. Disini, peminum Starbucks hanyalah para turis dan beberapa pendatang. Orang Melbourne asli? Kita justru lebih mudah menemukan mereka sedang menyesap kopi-kopi panas berwarna cokelat tua hingga hitam di kafe-kafe simpel yang dihimpit kawasan bergedung tinggi.
Sebelum meninggalkan kota cantik ini, kami sempatkan sarapan di Patricia Coffee Brewers yang terletak di Little Bourke Street, di antara area perkantoran CBD. Kafe kecil yang tertata apik ini cukup sulit ditemukan karena tidak ada papan namanya! Nah lo. Tapi, sebelum memasukinya saja, sudah nampak antrian mengular hingga jalanan. Kedai kopi ini buka hanya di hari dan jam kerja saja. Cukup dengan 2 pilihan, black or white coffee, dengan harga tidak melebihi 4 AUD, kita sudah bisa menikmati kopi panas yang benar-benar kopi! Selain kopi, kedai ini juga menyediakan berbagai macam cake dan pastry dengan isian selai yang beragam. Dengan ukuran kira-kira 3 meter X 8 meter, tidak ada kursi yang tersedia, melainkan hanya meja di pojokan dan tepian jendela. Kopinya sendiri langsung dibuat di dalam kafe, sehingga pertama masuk langsung aroma hangat khas kopi menyambut pelanggan. Patricia juga menyediakan bijih kopi dalam kemasan yang bagus untuk dibawa pulang.
Satu toko lagi yang saya kunjungi adalah The Book Grocer yang bersisian persis dengan tempat kami menginap, United Backpackers Hostel yang berada di seberang Flinders Street Railway Station. Sesuai namanya, harga buku disini sangatlah murah dan terjangkau. Cukup 7 AUD per buah dan 20 AUD jika membeli 3 buku sekaligus, kita sudah dapat membaca buku berbahasa Inggris yang notabene jika kita membeli di Indonesia harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Bagi para kutu buku, bisa banget nyoba mampir karena koleksi bukunya cukup baru dan masih dalam kondisi bagus.
Dan akhirnya tibalah di penghujung trip singkat Melbourne ini. Overall, Melbourne adalah kota yang sangat menarik dengan perpaduan sudut-sudut kota kuno dan modern, orang-orang yang modis dan multikultural, transportasi yang mudah, yang membuat saya ingin mengunjunginya lagi di lain kesempatan. Jadi, bagaimana ceritamu dengan Melbourne?
Patricia Coffee Brewerscr: dokumen pribadi |
Sebelum meninggalkan kota cantik ini, kami sempatkan sarapan di Patricia Coffee Brewers yang terletak di Little Bourke Street, di antara area perkantoran CBD. Kafe kecil yang tertata apik ini cukup sulit ditemukan karena tidak ada papan namanya! Nah lo. Tapi, sebelum memasukinya saja, sudah nampak antrian mengular hingga jalanan. Kedai kopi ini buka hanya di hari dan jam kerja saja. Cukup dengan 2 pilihan, black or white coffee, dengan harga tidak melebihi 4 AUD, kita sudah bisa menikmati kopi panas yang benar-benar kopi! Selain kopi, kedai ini juga menyediakan berbagai macam cake dan pastry dengan isian selai yang beragam. Dengan ukuran kira-kira 3 meter X 8 meter, tidak ada kursi yang tersedia, melainkan hanya meja di pojokan dan tepian jendela. Kopinya sendiri langsung dibuat di dalam kafe, sehingga pertama masuk langsung aroma hangat khas kopi menyambut pelanggan. Patricia juga menyediakan bijih kopi dalam kemasan yang bagus untuk dibawa pulang.
Satu toko lagi yang saya kunjungi adalah The Book Grocer yang bersisian persis dengan tempat kami menginap, United Backpackers Hostel yang berada di seberang Flinders Street Railway Station. Sesuai namanya, harga buku disini sangatlah murah dan terjangkau. Cukup 7 AUD per buah dan 20 AUD jika membeli 3 buku sekaligus, kita sudah dapat membaca buku berbahasa Inggris yang notabene jika kita membeli di Indonesia harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Bagi para kutu buku, bisa banget nyoba mampir karena koleksi bukunya cukup baru dan masih dalam kondisi bagus.
Dan akhirnya tibalah di penghujung trip singkat Melbourne ini. Overall, Melbourne adalah kota yang sangat menarik dengan perpaduan sudut-sudut kota kuno dan modern, orang-orang yang modis dan multikultural, transportasi yang mudah, yang membuat saya ingin mengunjunginya lagi di lain kesempatan. Jadi, bagaimana ceritamu dengan Melbourne?
Comments
Post a Comment