Pengujian Bahan Isolasi Gas (Udara)
1. Pengertian
Umum
Keberadaan
isolator dalam sistem tenaga listrik sangat penting. Isolasi sangat diperlukan untuk memisahkan dua atau lebih
penghantar listrik yang bertegangan sehingga antara penghantar-penghantar
tersebut tidak terjadi lompatan listrik atau percikan.Sedangkan media isolasi
sebagai bahan isolasi sangat banyak sekali macamnya. Tingginya tingkat
kerusakan bahan isolasi yang ketahanan elektriknya rendah akan menyebabkan
terjadi tegangan tembus yang dapat merusak dari bahan isolasi itu sendiri.
Kebutuhan akan kualitas isolasi yang baik, menyebabkan jenis dari bahan isolasi
dengan tingkat ketahanan pengisolasi yang berbeda-beda mulai ditemukan, adapun
bahan isolasi meliputi isolasi gas, isolasi cair dan isolasi padat dimana
masing-masing isolasi tersebut memiliki tingkat ketahanan elektrik dan tegangan
tembus yang berbeda.
Bahan
isolasi akan menunjukkan sifatnya bila dipengaruhi oleh medan listrik, jika
medan listrik tersebut berasal dari arus bolak-balik maka gejalanya adalah
sangat kompleks sekali. Gas ataupun udara merupakan salah satu media bahan
isolasi yang termasuk dalam bahan dielektrik. Tegangan tembus isolasi merupakan
tegangan yang mampu merusak ketahanan isolasi dari sutau bahan isolasi,
sehingga untuk mengetahui perbandingan ketahanan dielektrik jenis bahan
isolasi, maka dilakukan pengujian tegangan tembus sehingga dapat juga diketahui
karakteristik tegangan tembus terhadap pengaruh temperatur dan jarak sela
antara elektroda jarum-plat sehingga diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang mekanisme kegagalan (breakdown) pada isolasi gas khususnya
udara.
Bahan
isolasi akan mengalami pelepasan muatan yang merupakan bentuk kegagalan listrik
apabila tegangan yang diterapkan melampaui kekuatan isolasinya. Kegagalan yang
terjadi pada saat peralatan sedang beroperasi bisa menyebabkan kerusakan alat
sehingga kontinuitas sistem terganggu. Udara merupakan bahan isolasi yang
banyak digunakan pada peralatan tegangan tinggi misalnya pada arrester sela
batang yang terpasang di saluran transmisi, selain itu udara juga digunakan
sebagai media peredam busur api pada pemutus tenaga (CB = Circuit Breaker).
Sementara bahan isolasi cair banyak digunakan sebagai isolasi dan pendingin
pada trafo karena memiliki kekuatan isolasi lebih tinggi. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa nilai tegangan tembus yang terjadi pada media isolasi udara
dan minyak cenderung meningkat seiring pertambahan jarak sela. Selain itu juga
dilakukan pengujian pada minyak bekas dan minyak baru. Hasil pengujian
menunjukkan tegangan tembus pada minyak baru lebih tinggi daripada minyak bekas
dan tegangan tembus isolasi udara lebih kecil daripada tegangan tembus minyak.
Selain
itu juga akan dilakukan pengujian karakteristik korona, dimana telah diketahui
bahwa korona merupakan salah satu fenomena akibat dari tegangan tinggi. Proses
terjadinya korona yaitu karena adanya ionisasi dalam udara, oleh karena
lepasnya elektron dan ion, maka jika disekitarnya terdapat medan listrik,
elektron-elektron bebas ini mengalami gaya yang mempercepat geraknya. Akibat
dari pergerakan yang cepat maka terjadilah tabrakan dengan molekul lainnya.
Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian di laboratorium untuk mengetahui
karakteristik dari korona dan karakteristik tegangan tembus udara dengan kondisi
elektroda yang berbeda-beda.
Udara
merupakan bahan isolasi yang mudah didapat dan mempunyai tegangan tembus yang
cukup besar yaitu 30kV/cm. Contoh yang mudah dapat dijumpai pada JTR, JTM, dan
JTT antara hantaran yang satu dengan yang lain dipisahkandengan udara. Isolasi
udara (gas) aplikasinya lebih banyak digunakan padaisolasi saluran transmisi
udara dan pada GIL (Gas Insulated Transmission Lines),pada CB dan sakelar
pemisah. Dalam pemilihan bahan isolasi lebih diberatkan pada keandalan dari
bahan isolasi itu sendiri maupun biaya operasional dariisolasi itu sendiri.
Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memilih bahanisolasi yang cocok
digunakan pada suatu peralatan tegangan tinggi denganmemperhitungkan keandalan
dan kesederhanaan dari isolasi itu sendiri.Susunan udara di muka bumi, terdiri
atas 79% Nitrogen (N2) dan 20% Oksigen (O2), sedangkan
sisanya adalah sekitar 1% terdiri dari: Argon, Helium, Neon, Kripton,
karbondioksida dan lain-lain.
Pada
sistem jaringan tenaga listrik, maka udara merupakan bahan penyekat antara
kawat konduktor atau antara kawat konduktor dengan tanah. Pada tekanan yang
tidak terlalu tinggi, udara merupakan bahan penyekat yang baik, kebocoran
melalui udara adalah kecil sekali. Tetapi pada tekanan yang cukup tinggi, maka
akan terjadi loncatan elektron di udara. Udara sering juga digunakan sebagai
pendingin.
Apabila
dua buah elektroda yang dipisahkan dengan udara mempunyai bedategangan yang
cukup tinggi yaitu tegangan yang melebihi tegangan tembus, makaakan timbul
loncatan bunga api. Bila tegangan tersebut dinaikkan lagi, maka akanterjadi
busur api.Jika terdapat dua buah elektroda berbentuk bulat dipisahkan dengan
udarayang jaraknya cukup besar untuk harga tegangan dan memungkinkan
terjadinyaionisasi pada udara sekitarnya maka terbentuklah ozon. Pada sekitar
elektrodatersebut akan timbul sinar terang kebiru-biruan yang disebut korona.
Besarnya
tegangan tembus pada udara dipengaruhi oleh besarnya tekananudara. Secara umum,
makin besar tekanannya, makin besar juga tegangantembusnya. Tetapi untuk
keadaan pakem justru tegangan tembus akan menjadilebih besar. Keadaan yang
demikian inilah yang digunakan atau diterapkan pada beberapa peralatan listrik.Berikut
beberapa jenis gas yang biasa digunakan sebagai isolasi :
1. Hidrogen
Sifat-sifatnya
adalah:
- · tidak berwarna dan tidak berbau
- · merupakan gas yang paling ringan
- · mudah terbakar tetapi tidak memelihara pembakaran
- · bila bercampur dengan udara mudah meletus
- · tegangan tembusnya 18 kV/cm
- · gas hidrogen ekonomis bila dipergunakan pada mesin-mesin kapasitas 15 MW ke atas.
Keuntungan
pengunaan gas hidrogen dibandingkan dengan udara
- · Kebisingan suara berkurang
- · Temperatur pendinginan yang dibutuhkan relatif rendah
- · Efisiensi dapat naik antara 0,7 sampai 1% lebih tinggi dengan kepekatan Hidrogen 8 sampai 10 kali lebih rendah daripada udara.
- · Daya hantar panas hidrogen 6 sampai 7 kali lebih besar daripada udara.
- · Tidak membutuhkan pengamanan terhadap bahaya kebakaran (hidrogen tidak memelihara kebakaran).
2. Sulfur
Heksafluorida (SF6)
Sulfur
heksafluorida (SF6) merupakan suatu gas hasil reaksi eksotermis
antara unsur sulfur dengan fluor.
Sifat-sifatnya
:
- · Merupakan gas terberat (massa jenisnya 6,14 kg/m3 atau sekitar 5 kali berat udara )
- · Tidak mudah terbakar
- · Tidak larut dalam air
- · Tidak beracun
- · Tidak berwarna dan tidak berbau
- · Tegangan tembusnya sangat tinggi yaitu 75 kV/cm
- · Tepat sekali digunakan sebagai pendingin pada peralatan listrik yang menimbulkan panas atau bunga api.
2. Proses
Dasar Ionisasi
Ion
merupakan atom atau gabungan atom yang memiliki muatan listrik, ion terbentuk
apabila pada peristiwa kimia suatu atom unsur menangkap atau melepaskan
elektron. Proses terbentuknya ion dinamai dengan ionisasi. Ionisasi adalah
proses fisik mengubah atom atau molekul menjadi ion dengan menambahkan atau
mengurangi partikel bermuatan seperti elektron atau lainnya.Jika diantara dua
elektroda yang dimasukkan dalam media gas diterapkan tegangan V maka akan
timbul suatu medan listrik E yang mempunyai besar dan arah tertentu yang akan
mengakibatkan electron bebas mendapatkan energi yang cukup kuat menuju kearah
anoda sehingga dapat merangsang timbulnya proses ionisasi.
Proses
ionisasi ke muatan positif atau negatif sedikit berbeda. Ion bermuatan positif
didapat ketika elektron yang terikat pada atom atau molekul menyerap energi
cukup agar dapat lepas dari potensial listrik yang mengikatnya. Energi yang
dibutuhkan tersebut disebut potensial ionisasi. Ion bermuatan negatif didapat
ketika elektron bebas bertabrakan dengan atom dan terperangkap dalam kulit atom
dengan potensial listrik tertentu
Dalam
proses pelepasan listrik ada beberapa mekanisme pembangkitan atau kehilangan
ion baik dalam bentuk tunggal maupun dalam kombinasi. Proses dasar pelepasan
dalam gas meliputi :
a. Pembangkitan ion dengan cara benturan
(collision)elektron, fotoionisasi,
ionisasi oleh benturan ion positif,ionisasi termal, pelepasan (detachment) elektron, ionisasikumulatif
dan efek γ sekunder.
b. Kehilangan ion dengan cara
penggabungan (attachment)elektron,
rekombinasi dan difusi.
2.1 Ionisasi
karena Benturan Elektron
Jika
gradien tegangan yang ada cukup tinggi maka jumlah elektron yang diionisasikan
akan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ion yang ditangkap molekul
oksigen. Tiap-tiap elektron ini kemudian akan berjalan menuju anoda secara
kontinu sambil membuat benturan-benturan yang akan membebaskan electron lebih
banyak lagi. Ionisasi karena benturan ini merupakan proses dasar yang penting
dalam kegagalan udara atau gas.
Sebuah
elektron tunggal yang dibebaskan oleh pengaruhluar pada proses ionisasi tersebut
akan menimbulkan banjiran elektron (avalanche),
yaitu kelompok elektron yang bertambah secara cepat dan bergerak maju
meninggalkan ion positif pada lintasannnya. Proses pelepasan (discharge) pada udara dan gas dapat
dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pelepasan bertahan sendiri (self sustaining discharge) dan pelepasan tak bertahan sendiri (non sustaining discharge). Dalam hal ini
mekanisme kegagalan gas dan udara adalah suatu bentuk transisi dari keadaan
pelepasan tak bertahan menuju pelepasan bertahan sendiri.
3. Mekanisme
Kegagalan Gas
Proses
kegagalan dalam gas ditandai dengan adanya percikan secara tiba-tiba(spark breakdown), percikan ini dapat
terjadi karena adanya pelepasan yang terjadi pada gas tersebut. Mekanisme
kegagalan gas yang disebut percikan adalah peralihan dari pelepasan tak
bertahan sendiri ke berbagai pelepasan yang bertahan sendiri. Ada dua jenis
mekanisme dasar yang berperan yaitu :
1. Mekanisme primer, yang memungkinkan
terjadinya banjiran (avalanche) elektron.
2. Mekanisme sekunder, yang memungkinkan
terjadinya peningkatan banjiran (avalanche)
elektron.
Pada
mekanisme primer, proses yang terpenting adalah katoda. Dalam hal ini katoda
akan melepas (discharge) elektron, yang
akan mengawali terjadinya suatu kegagalan percikan (spark breakdown). Sehingga untuk hal ini elektroda yang mempunyai
potensial yang lebih rendah, yaitu katoda akan menjadi elektroda yang melepaskan
elektron.
Proses
dasar yang paling penting dalam kegagalan gas adalah proses ionisasi karena
benturan, tetapi proses ini tidak cukup untuk menghasilkan kegagalan. Proses
lain yang terjadi dalam kegagalan gas adalah proses atau mekanisme primer dan proses
atau mekanisme sekunder. Proses yang terpenting dalam mekanisme primer adalah
proses katoda, pada proses ini diawali dengan pelepasan elektron oleh suatu
elektroda yang diuji, peristiwa ini akan mengawali terjadinya kegagalan
percikan (spark breakdown). Elektroda
yang memiliki potensial rendah (katoda) akan menjadi elektroda yang melepaskan
elektron. Elektron awal yang dibebaskan (dilepaskan) oleh katoda akan memulai
terjadinya banjiran elektron dari permukaan katoda. Jika jumlah elektron yang
dibebaskan makin lama makin banyak atau terjadinya peningkatan banjiran.
4. Mekanisme
Townsend
Pada
mekanisme primer, medan listrik yang ada di antaraelektroda akan menyebabkan
elektroda yang dibebaskanbergerak cepat, sehingga timbul energi yang cukup kuat
untuk menimbulkan banjiran elektron.Mekanisme Townsend menjelaskan tentang
fenomena kegagalan yang hanya terjadi pada tekanan yangrendahdibawah tekanan
atmosfer. Pada tekanan diatas tekanan atmosfer berlaku mekanisme strimer yang
mempersyaratkan adanya distorsi medan karena muatan ruang.
5. Mekanisme
Streamer
Mekanisme
strimer (streamer) menjelaskan pengembangan pelepasan percikan langsung dari
banjiran tunggal di mana muatan ruang (space charge) yang terjadi karena
banjiran itu sendiri mengubah banjiran tersebut menjadi strimer plasma. Sesudah
itu kehantaran naik dengan cepat dan kegagalan terjadi dalam alur (channel)
banjiran ini.
Ciri
utama teori kegagalan strimer, disamping proses ionisasi benturan ( α )
Townsend, adalah postulasi sejumlah besar fotoionisasi molekul gas dalam ruang
didepan strimer dan pembesaran medan listrik setempat oleh muatan ruang ion
pada ujung strimer, dimana ruangan ini menimbulkan distorsi medan dalam sela.
Ion-ion positif dapat dianggap stasioner dibandingkan dengan elektron-elektron
yang bergerak lebih cepat, dan banjiran terjadi dalam sela dalam bentuk awan elektron
yang membelakangi muatan ruang ion positif.
Ada
dua jenis strimer :
1. Positif,
atau strimer yang mengarah ke katoda
2. Negatif,
atau strimer yang menuju ke anoda
boleh tau sumbernya darimana ya sis? dari buku apa? thanks
ReplyDeleteHalo mas aduh sori komennya selip hehe. Telat banget nih balesnya. Gado-gado nih mas dulu internet sama bahan kuliah aja. Sori nih ga nyantumin referensi
Deletesering2 bikin post kaya gini ya mbak, membantu sekali
ReplyDeletetrimakasihh
5715
Halo, trims uda dibaca juga dek. Smoga brmanfaat ^^
Deleteassalamualaikum buk. Saya melakukan penelitian tentang uji tegangan tembus pada isolasi minyak. saya mau bertanya dan ingin dapat pencerahan dari ibuk,, kenapa bisa timbul loncatan api antara 2 elektroda uji dalam isolasi minyak? apakah loncatan api itu terjadi pada minyaknya? atau merambat pada gelembung udara yg ada dalam minyak? terimakasih buk, wassalam
ReplyDeletekenapa pada keadaan pakem justru tegangan tembus akan menjadi lebih besar terima kasih
ReplyDelete