Terbuang Dalam Waktu oleh Barasuara: Pesan Rindu, Melawan Sang Kala


Di bawah teduh jalan layang yang memayungi ratusan kendaraan dari jingganya sore, lagu Terbuang Dalam Waktu dari Barasuara kembali terdengar dari dalam mobil. Entah sudah keberapa kali dalam kurun waktu beberapa minggu terakhir, lagu ini akrab di telinga.


Usai menyaksikan film layar lebar, Sore: Istri dari Masa Depan, beberapa waktu lalu, selain plot cerita dan karakter yang ditulis apik, rupanya ada satu lagi aspek film yang terus melekat, yakni lagu yang sudah berusia hampir 2 tahun dari grup musik beraliran alternative rock ini, yang menjadi pengiring salah satu adegan klimaks cerita.


Secara personal, lagu ini memiliki karakter sendiri yang bisa dibilang sama kuatnya dengan pesan film Sore. Makna kehilangan, perjuangan melawan waktu dan mencoba mengubah nasib, sarat sepanjang film. Ujian merayu masa, sebagai personifikasi dari waktu, tak luputnya adalah cerminan perjuangan hidup dari masing-masing kita. Sore, yang sedang menghadapi duka dari kepergian terkasih, dalam usaha panjangnya menerima takdir, seperti manusia pada umumnya, memasuki fase negosiasi dengan keadaan. Seperti Sore, penggalan tembang yang aslinya dilantukan selama hampir lima menit ini, mengungkapkan kerinduan dan perasaan seseorang yang berada di ambang harus mengikhlaskan kepergian orang terkasih, dalam waktu yang semakin dekat.


Bait pertama dibuka dengan nyanyian dari Iga Massardi:

Teringat seru suaramu menepis keraguan

Namun dewasa mengubah

Cara pandang dan keikhlasan bersaut dan bergulat

Terperai-perai menghilang

Betapa panjang waktu yang sudah dilalui bersama, dapat mengubah cara pandang dua orang akan hidup dan masalahnya. Pada momen ini, digambarkan memori tentang teman, keluarga, atau kekasih, sudah turut membangun karakter menjadi lebih bijak seiring bertambahnya waktu, yang dilambangkan dengan kedewasaan, baik secara denotatif maupun konotatif.


[Pre-Chorus]

Perih yang terasa, sakit yang tak sirna

Harapan akankah ada?

Berputar arah

Melihat kepergian yang tercinta selalu akan membekaskan luka. Sadar dengan hari kepergian itu sendiri, meskipun belum dilalui, juga merupakan tekanan emosional yang hampir selalu menjadi pecut orang yang akan ditinggalkan, untuk 'melawan' waktu, menolak akan berpisah. Dalam video klip lagu ini, dilambangkan dengan kondisi fisik dan psikis orang tua yang semakin hari semakin memburuk karena dimakan usia. Sedangkan pada kasus Sore, melihat berpulangnya Jo yang tiba-tiba, yang menorehkan luka dalam dan berharap akan adanya masa depan alternatif yang berbeda.


[Chorus]

Angan tenggelam dalam kabut dan amarah

Luka terkuak dan menggebu tanpa arah

Tangis yang terbendung

Terbuang dalam waktu yang meluruh

[Pre-Chorus]

Perih yang terasa, sakit yang tak sirna

Harapan akankah ada?

Berubah

Pada sesi puncak atau chorus ini, akan sangat terasa harmoni multi vokal meninggi, seolah mengingatkan kita akan tinggi dan intensnya konflik dalam hidup yang menerpa hubungan. Seiring berjalannya masa, harapan sering kali terkoyak dengan ujian konflik. Terlebih saat berada di masa perjuangan, berjuang untuk terus, berjuang untuk bersama, berjuang untuk hidup.. Karena sejatinya selalu ada tantangan membungkus usaha juang.


[Chorus]

Melihatmu bersemi dan bermekaran

Tawa candamu berikan kekuatan

Sisa hariku

Pagi berganti waktu memelukmu

[Outro]

Kita 'kan tua dan kehilangan pegangan

Lihat senyummu memberikan kekuatan

Sisa nafasku

Cinta tak kenal waktu menjagamu

Pada akhirnya, seberat apapun cobaan yang datang, semua fana dan tak berarti di muka senyum orang tersayang. Sebesar apapun pertengkaran yang tumpah antar kekasih, semua akan menjadi cerita penghangat kelak. Sesulit apapun kita menjaga orang tua ataupun keluarga, tak mengapa dijalani seribu bulan jika artinya kita bisa sedikit lebih lama lagi bersama mereka. 

Apabila ada satu kepastian universal dalam hidup, ialah setiap insan akan dikalahkan oleh waktu. Memori akan tergerus, suara kita akan terlupakan, nama kita pudar. Tapi klisenya, apa yang kita perbuat selama hidup, menjadi dan akan selalu pembentuk karakter melebihi persona. Kecilnya manusia hanya akan terasa besar bagi yang terkasih.

Tak mengapa goyangan dalam hidup kita rasakan, tak mengapa apabila kehilangan arah sesaat, namun jalan pulang itu nyata, dan siapa yang menanti di muka pintu rumah itu sangat berarti. Sekali kita menjadi yang lupa dan butuh pengingat, yang diingatkan oleh jalan pulang. Namun apabila yang membukakan pintu, kelak juga memudar perlahan dimakan usia, jemput dengan hangat dan jaga di setiap langkah berpulangnya pun akan selalu menjadi pesan harap sunyi sebelum akhirnya ujung waktu tiba.

Comments

Popular Posts