Second Chance at Sight! Sharing Pengalaman ReLEx SMILE JEC




Bagaimana rasanya melihat dengan jernih?

Bagaimana rasanya saat pertama membuka mata di pagi hari, alih-alih bingung mencari kacamata, langsung bisa memandang objek di hadapan dengan jelas?

Pertanyaan yang sampai awal bulan lalu, aku lupa jawabannya.

Lebih dari separuh usia, aku selalu akrab dengan kacamata yang sudah menjadi bagian hidupku. Mulai kelas 5 SD sampai usia 27, minusku selalu bertambah sampai dengan sekitar -6.5 😆 

Untuk temen-temen yang punya minus yang sama atau lebih besar, tentunya sudah familiar dengan ke-blurry-an (aduh bahasa apa lagi ini?) sehari-hari gini. Kalau lepas kacamata, jangankan bisa nyapa orang yaa, buat lihat ke depan aja nyipit-nyipit kaya apa tau 🙂

Anyway, udah dari lama, lasik mata masuk ke lifetime wishlistku. Alhamdulillah, pada awal bulan November kemarin akhirnya terlaksana juga, setelah beberapa kali konsultasi online, diskusi langsung dengan dokter, dan browsing-browsing, aku memutuskan tindakan dilakukan di JEC Jakarta.


Tentang LASIK

Sebelum cerita pengalamanku, mau berbagi sedikit informasi basic ya, Lasik adalah singkatan dari Laser Assisted in Situ Keratomileusis yang merupakan operasi pembenahan penglihatan mata menggunakan laser, yang dapat 'menyembuhkan' rabun jauh (minus), rabun dekat (plus), maupun astigmatisma atau yang biasa kita kenal dengan silinder. Prosesnya sendiri adalah dengan membuat flap atau irisan pada permukaan kornea mata seperti lapisan tipis yang dapat diangkat, sebelum berhadapan dengan laser utama, yang akan memperbaiki bentuk kornea kita. Operasi ini sudah termasuk bladeless ya, alias tidak menggunakan pisau bedah sama sekali, melainkan full laser!

Singkatnya, proses Lasik yang biasa dikenal dengan 7D-LASIK, CoZi-LASIK, dan LASIK Xtra ini, dimulai dengan pembuatan flap pada lapisan terluar kornea mata (stroma), kira-kira berkisar 20mm melingkari kornea menggunakan femtosecond laser dengan menembakkan sejumlah titik-titik kecil pada bagian yang sudah ditentukan. Sebelum adanya laser ini, tindakan ini dilakukan menggunakan proses mechanical microkeratome dengan pisau (blade) kecil. Tapi saat ini, penggunaan laser sudah sangat luas sehingga tindakan menjadi painless!

cr: Alodokter

Setelah flap berhasil dibuat, lapisan tipis ini kemudian dibuka untuk jalan masuk excimer laser yang langsung diarahkan ke kornea mata, yang bertujuan untuk membentuk permukaan kornea mata yang baru. Lalu tindakan ditutup dengan mengembalikan posisi flap ke tempatnya semula, dan dalam waktu beberapa menit saja, flap akan otomatis menyatu kembali dengan permukaan stroma tanpa diperlukan jahitan tambahan.

cr: JEC

Syarat umum pelaksanaan Lasik sendiri antara lain sebagai berikut:

  1. Berusia minimal 18 tahun ke atas.
  2. Kedua mata harus dalam keadaan sehat.
  3. Melepas soft contact lens selama 14 hari berturut-turut, atau hard contact lens selama 30 hari berturut-turut sebelum tindakan dilakukan.
  4. Tidak sedang hamil atau menyusui.
  5. Harus berani (ini syarat tambahan dari dokter karena kelancaran proses operasi juga didukung oleh keberanian pasien hehe)

Sudah dikembangkan sejak 1980an, rupanya operasi Lasik sendiri bukanlah teknologi terbaru untuk bedah kelainan refraksi mata. Belakangan aku baru tau setelah konsultasi dengan dokter, kalau kurang lebih selama 15 tahun terakhir ini, sudah umum digunakan ReLEx SMILE sebagai alternatif lainnya dalam operasi sejenis!


ReLEx SMILE atau Refractive Lenticule Extraction - Small Incision Lenticule Extraction adalah metode bedah refraksi tanpa adanya pembuatan flap (flapless). Dengan absennya tindakan 'flap', metode ini jauh lebih aman dan dapat diselesaikan lebih cepat! Yup. Pembuatan flap memiliki resikonya sendiri, seperti adanya potensi flap kusut (kalau ini masih bisa dihaluskan sih) atau bahkan robek. Jika flap sampai robek, bisa fatal akibatnya.

Cara kerja ReLEx SMILE sendiri terbagi menjadi 3 tahapan utama:

  1. VisuMax® femtosecond laser ditembakkan ke arah kornea (lapisan stroma), untuk membuat jaringan tipis yang biasa disebut lenticule di bawah lapisan terluar kornea. Ketebalan jaringan ini disesuaikan dengan kondisi refraksi masing-masing pasien. Lalu laser membuat sayatan kecil dengan kira-kira sepanjang 2mm sebagai jalan keluar lenticule yang sudah dibuat.
  2. Dokter menarik lenticule melalui sayatan tersebut.
  3. Setelah lenticule diangkat, kornea akan mengalami perubahan bentuk baru, dan sayatan akan melekat dengan sendirinya selama beberapa menit pasca tindakan, tanpa diperlukan jahitan.

cr: JEC Insane Eye

Sedangkan persyaratan untuk dapat dilakukan metode ini, sama seperti Lasik, hanya ada 1 poin tambahan yaitu ukuran minus atau hasil kombinasi antara minus dengan silinder mulai dari -3.00 sampai dengan -10.00. Ohya selain itu, untuk yang memiliki kelainan refraksi plus (rabun dekat), masih belum bisa 'disembuhkan' dengan metode ini. Jadi bagi yang memiliki minus lebih dari itu ataupun plus, disarankan menggunakan 7D-Lasik saja.

Karena dari segi persyaratan aku sudah memenuhi, dan prosesnya yang relatif lebih aman dan cepat, akhirnya aku memilih ReLEx SMILE sebagai tindakan pembenahan refraksi ini.


Tahap Persiapan

Sebelum memutuskan dijalankannya tindakan, tahapan persiapan atau yang biasa disebut pre-Lasik, wajib dipenuhi oleh semua pasien. Setiap pasien harus memaparkan kondisi dan historical mata kepada dokter saat evaluasi dan pemeriksaan awal.

Sebagai permulaan, aku melakukan konsultasi online dengan customer service JEC melalui WhatsApp. Tim CSnya sangat sabar dan cukup fast response dalam menanggapi pertanyaan dan memberikan insights untuk langkah berikutnya. Lalu untuk dokternya, aku memilih Dr. Nashrul Ihsan, SpM(K) di JEC Kedoya, berdasarkan pengalaman teman kantor dan browsing-browsing tentunya!

Sejak dari meja registrasi, JEC sudah memberikan kesan efisien dan rapi. Setelah memenuhi registrasi singkat dan tujuan kedatangan sudah dijelaskan, aku langsung diarahkan untuk menjalani tahapan pre-Lasik, yang dilakukan di 3 ruangan berbeda.

Yang pertama adalah pemeriksaan refraksi biasa, atau mengecek kembali kelainan mata yang dialami. Proses ini kurang lebih seperti tes baca dan melihat objek saat kita mau membeli kacamata lah ya. Tapi di JEC sudah tidak ada proses manual melainkan sudah fully equipped with machines. Kita hanya perlu duduk manis dan mengarahkan pandangan pada layar mesin, dan ikuti arahan petugas saja.

Setelahnya langsung berganti ruangan untuk pengukuran tekanan intraokular, atau tekanan pada bola mata. Prosesnya sangat singkat tapi cukup bikin kaget. Seperti saat pemeriksaan refraksi, kita akan dihadapkan langsung dengan mesinnya, dan memposisikan mata sedemikian rupa dekat dengan lubang angin (yes you heard it right!). Lalu udara lembut akan disemprotkan ke arah mata kita. Saat proses ini wajib membuka mata ya.

Selain itu, proses lainnya adalah pemetaan kornea atau disebut juga dengan foto fundus 9 posisi biometri. Dengan bantuan sinar semacam blitz yang cukup terang, posisi bola mata kita diambil fotonya dari berbagai arah. Cukup dengarkan arahan untuk melihat lurus, lirik kanan kiri, sampai lirik atas bawah dan pojok kanan kiri. Hal ini diperlukan karena sama seperti sidik jari, bentuk kornea setiap orang unik dan diperlukan pemetaan bentuk dan ketebalan kornea agar tindakan bisa berjalan lebih akurat.

Jika pemeriksaan pre-Lasik sudah dipenuhi, dapat berkonsultasi langsung dengan dokter. Setelah menjelaskan riwayat medis dan pengecekan kondisi mata, dokter akan menjelaskan hasil tes pre-Lasik terkait dengan seberapa bagus dan sehat kondisi mata kita. Alhamdulillah ternyata ketebalan korneaku di atas rata-rata dan mata dalam kondisi prima (thanks to enough sleeping beauty sebelum konsultasi 😁).

Berikutnya, aku diarahkan menuju dokter spesialis retina (Dr. Elvioza, SpM(K)) untuk dicek kondisi kekuatan retinanya. Tidak sampai 5 menit, hasilnya sudah keluar dan alhamdulillah cukup bagus untuk bisa dilakukan tindakan. Sebenarnya, jika kondisi pasien bagus dan sudah siap, tindakan Lasik atau ReLEx SMILE bisa langsung dikerjakan di hari yang sama loh. Sayangnya saat itu sudah sore dan ruang operasi sudah ditutup.

Akhirnya aku dan dokter Nashrul sepakat agar tindakan dilakukan lusanya di hari Sabtu pagi, di RS JEC yang sama, di Kedoya. FYI, untuk tindakan ReLEx SMILE JEC saat ini hanya available di cabang Kedoya saja.

Satu langkah terakhir sebelum pulang, dokter menyarankan untuk pengecekan fisik biasa (Assesment medic) sebelum operasi ke dokter umum (Dr. Graecia Bungaran). Proses ini merupakan cek kondisi fisik biasa seperti tekanan darah dan lain sebagainya.

Tidak ada pantangan yang signifikan sampai hari H operasi, hanya istirahat mata yang cukup dan hindari konsumsi gadget berlebih, agar mata tidak terlalu lelah. Untuk makanan juga tidak ada pantangan, justru diharuskan sarapan dulu sebelum operasi (beda dengan operasi kebanyakan yang harus berpuasa semalaman ya hehe). Belakangan aku menduga mungkin karena kondisi ruang operasi yang dingin dan tidak ada bius 'full' jadi mata tidak boleh mengantuk atau menggigil mungkin yaa hehe. Selain itu, pasien juga wajib bare face atau tidak mengenakan riasan wajah apapun apalagi di sekitar mata, agar mengurangi potensi adanya benda asing yang beresiko infeksi dan dapat mengganggu jalannya operasi.


Tindakan Hari H

Sebelum masuk ke ruang operasi, pasien diwajibkan untuk dites antigen dulu. Jika hasilnya negatif, langsung diarahkan ke ruang persiapan. Disini kita diwajibkan melepas sepatu di luar dan berganti dengan semacam sandal crocs di ruangan, tujuannya agar area tetap steril. Lalu kita akan dibriefing oleh dokter dan asistennya, memastikan kita memahami proses tindakan secara singkat dan efisien, dan resiko serta pantangan setelah operasi. Selain itu, obat pasca operasi juga sudah diberikan saat itu juga, untuk kemudian dibawa pulang. Karena datang paling pagi, rupanya aku menjadi pasien pertama yang akan dilakukan tindakan ReLEx SMILE hari itu.  IT'S GETTING REAL! 😆

Setelah menggunakan baju operasi dan haircap, aku diminta menunggu beberapa menit selagi ruangan operasi disiapkan. Sambil menunggu, petugas juga memberikan sekotak snack berisi roti dan minuman in case pasien belum sarapan dan datang dengan perut kosong. Kemudian kita akan ditetesi bius mata, seperti obat mata biasa, ke kedua mata kita. Bedanya agak perih sedikit aja. Tidak ada bius lainnya selain ini, karena kita harus sadar selama tindakan berlangsung.

Usai menanggalkan barang bawaan pribadi lain (kacamata, handphone, tas, dll), kita akan dibimbing oleh tim dokter menuju ruang operasi. Seperti halnya ruang operasi pada umumnya, disini sangat dingin dan bersih. Jadi saran untuk menggunakan kaos kaki dan baju yang cukup tebal agar kita lebih nyaman dan lebih fokus dengan jalannya tindakan. Di JEC, untuk ruang operasi lasiknya juga tranparan ya, jadi proses jalannya operasi bisa disaksikan langsung oleh pengantar.


sebelum mulai operasi nih, cr: dokumentasi pribadi

Langkah-langkah sejak mulai masuk ruangan kurang lebih seperti ini:

  1. Pasien akan diminta berbaring sesuai posisi yang sudah ditentukan, lalu diarahkan ke bawah mesin lasernya.
  2. Proses akan segera dimulai setelah dokter menjelaskan kembali secara singkat, dan tentunya berdoa! Ini penting banget, karena buatku setelah berada di posisi ini, rasanya langsung deg-degan. Aku memang sudah pernah beberapa kali masuk ruang operasi, tapi sebelumnya selalu dalam keadaan tidak sadar alias bius total. Baru kali ini harus full sadar 😂. Setelah berdoa jadi lebih yakin dan tenang. Untungnya selama proses tim dokter tetap tenang dan meyakinkan aku agar tetap fokus mengikuti petunjuk yang diberikan. 'It will be over soon before you know it'-kinda thing.
  3. Dokter akan memasangkan alat khusus untuk menahan kelopak mata kita agar tidak berkedip, aku kurang tahu alatnya seperti apa, hanya rasanya tipis dan dingin seperti dari logam. Dari tahap ini, proses dijalankan per mata ya, dimulai dengan mata kanan. Untuk mata kiri akan ditutup menggunakan semacam kain atau perban halus. Tapi walaupun kondisinya tertutup, kita tetap harus membuka kedua mata ya. Karena dikhawatirkan jika hanya salah satu, bola mata akan cenderung mengikuti bagian yang tertutup, atau berputar ke atas. Sedangkan selama operasi, pandangan harus tetap fokus lurus ke depan.
  4. Mesin laser akan mendekat ke mata, rasanya seperti ada tabung yang ditempelkan pada bola mata kita. Disini kita harus fokus melihat titik hijau lurus, tidak boleh melirik atau melihat ke arah lain. Proses ini adalah dimana lenticule dibentuk. Tahapan ini sangat krusial, sedikit kesalahan atau gerakan mata yang tak fokus, bisa menyebabkan mesin laser berhenti dan terlepas, sehingga proses ReLEx SMILE gagal, dan harus mengulang 1-2 bulan berikutnya menggunakan 7D-Lasik biasa. Tapi proses ini ternyata gak seserem kelihatannya kok, rasanya seperti cek mata biasa di optik yang pakai mesin itu. Pandangan lama kelamaan hanya berupa kabut putih yang terus menyebar. Durasi langkah ini hanya sekitar 24 detik. FYI aku latihan dulu nih untuk tahan kedip minimal 24 detik sebelum hari H 😆
  5. Setelah lenticule terbentuk, dokter akan menarik jaringan tersebut keluar menggunakan semacam pinset melalui sayatan kecil yang sudah dibuat.
  6. Langkah terakhir adalah membersihkan kornea dari sisa jaringan agar tetap steril, lalu mata ditutup. Disini rasanya seperti ada wiper yang bergerak ke atas bawah, kanan kiri sampai pandangan kita cukup jernih (tidak langsung jelas ya, melainkan bisa melihat ke depan, setelah sebelumnya hanya ada kabut putih di mata).
  7. Kemudian langkah ke-3 sampai ke-6 diulangi untuk mata kiri.
  8. Terahir, mata akan ditutup dengan semacam goggle pelindung (yang harus dipakai saat tidur at least 3 hari setelah operasi).

cuplikan jalannya operasi, cr: dokumentasi pribadi


Semua proses di atas kurang lebih hanya membutuhkan waktu total sekitar 9 menit! Bener-bener berasa cepeet banget, gak bertele-tele tiba-tiba mesinnya udah dijauhin dan diminta berdiri lagi. Aku masih ingat gimana tim dokternya nunjuk logo JEC di ruangan dan bilang, "Udah bisa lihat cukup jelas kan sekarang? 😊". Efeknya memang nggak secepet itu untuk melihat secara jernihnya, tapi alhamdulillah saat itu aku langsung bisa lihat garis-garis luar logonya tanpa sipit-sipitin mata lagi 😊.


pasca operasi! cr: dokumentasi pribadi


Nah setelah tindakan selesai, aku dibimbing lagi masuk ke ruangan persiapan tadi untuk beristirahat terlebih dulu dan berganti baju. Setelah urusan administrasi selesai, dokter mempersilakan pulang dan tentunya kembali menjelaskan obat-obat harus dikonsumsi sesuai petunjuk.


Proses Penyembuhan

Begitu keluar dari ruang operasi, mataku langsung terasa amat sangat berat, dan masih agak berair. Rasanya persis sama saat kita mengantuk dan butuh tidur segera. Selama satu hari itu banyak kuhabiskan untuk tidur. Kurang lebih untuk panduan dasar pasca operasi sebagai berikut:

  1. Harus mengistirahatkan mata dengan cukup dan gunakan obat tetes sesuai instruksi.
  2. Menggunakan kacamata pelindung (goggle) saat tidur selama 3 hari.
  3. Memakai kacamata hitam saat harus keluar rumah atau terkena paparan sinar matahari secara langsung.
  4. Tidak boleh menggunakan gadget berlebih sampai dapat menyebabkan mata tidak nyaman dan lelah.
  5. Dilarang berenang selama 1 minggu.
  6. Hindari mata dari air dan sabun selama 3 hari (aku mulai membasuh mata kira-kira 5 hari setelah operasi).
  7. Tidak boleh mengemudikan kendaraan sampai dapat izin dokter (aku sudah dapat izin setelah 1 minggu saat hasil kontrol kedua baik).
  8. Tidak boleh menggosok atau mengucek mata secara langsung, dan harus menggunakan tisu lembut untuk membersihkan daerah sekitar mata.
Untuk obat-obatan pasca operasinya ada 3 jenis + 1 vitamin:
  1. Cendo LFX - warna pink, fungsinya sebagai antibiotik yang harus dihabiskan selama 1 minggu pertama. Dosisnya 1-2 tetes 4x sehari, pagi, siang, sore, malam.
  2. Cendo Polydex - warna kuning, untuk anti radang. Dosisnya sama seperti yang LFX. Dan pemakaian harus dihentikan jika sudah seminggu pasca operasi.
  3. Cendo Eyefresh/ Hyalub - warna biru, sebagai penyegar mata atau sama seperti air mata buatan. Fungsinya agar menjaga kondisi mata tidak kering berlebihan. Untuk pemakaian pasca operasi, 1x tets tiap 3 jam sekali. Tapi obat ini masih bisa dipakai terus dengan dosis diturunkan atau menyesuaikan setelah 1 minggu operasi.
  4. Vitamin Netravision.

cr: dokumentasi pribadi



Efek samping yang dirasakan selain mata terasa seperti berair dan berat, aku juga merasakan adanya halo atau lingkar cahaya putih setiap melihat suatu objek. Seperti agak sulit fokus dan mataku juga sangat sensitif terhadap cahaya. Kondisi ini berlangsung selama kurang lebih 1 bulan, tapi berangsur-angsur membaik kok. Menurut dokter itu normal dan efeknya akan terus turun seiring berjalannya waktu.

Selain itu, kondisi mata kering juga sering terjadi di 1 bulan pertama. Cendo Hyalub bisa sangat membantu nih untuk poin ini. Jika si biru habis, kita masih bisa membelinya kok dengan resep dokter, ataupun bebas di apotek-apotek yang menyediakan.

Untuk jadwal kontrol, 1 hari pasca operasi wajib untuk dicek kondisi mata khususnya kornea kita, dan tes baca! Disini mataku sudah agak enakan dan gak terlalu berair, tapi masih agak kabur dan belum bisa fokus 100%. Hal ini wajar yaa. Tapi saat dites baca alhamdulillah sudah hampir 100% tanpa alat bantu 😊. Jadwal kontrol berikutnya adalah 1 minggu setelah kontrol terakhir, atau 8 hari pasca operasi, dan 1 bulan setelahnya.

cek kondisi mata saat kontrol, cr: dokumentasi pribadi



Kondisi mataku selama 1 bulan pertama  sudah cenderung sangat baik, walaupun untuk melihat objek jauh masih agak fluktuatif. Tapi hingga saat ini, hampir 2 bulan pasca operasi, sudah jauh lebih tajam dan kuat, dan tentunya sudah lepas kacamata minus full! Tapi aku lebih memilih untuk tetap menggunakan pelindung mata untuk kondisi tertentu, seperti kacamata hitam saat kegiatan outdoor di siang hari atau terkena paparan sinar matahari, dan juga penggunaan kacamata anti blue light atau anti radiasi jika menggunakan gadget saat bekerja.

kacamata anti radiasi, cr: dokumentasi pribadi


Nah kurang lebih seperti itu yaa pengalamanku dengan ReLEx SMILE. Overall aku senang sudah memutuskan untuk said yes! Tetapi keputusan bedah refraksi tetap kembali ke preferensi masing-masing ya, tetap harus memilih apa yang terbaik buat kita, di waktu dan kondisi yang tepat.

Thanks for reading and hope it helps!

Comments