Why 500 Days of Summer is Making More Sense as You Grow Older

cr: Madorie Darling on Pinterest


 
"I mean, like, what is going on here? With us?"
"I don't know. Who cares? I'm happy, aren't you happy?"
"Yeah."
"Good."



Sepenggal dialog di atas mungkin udah nggak terasa asing bagi para penikmat film Rom-Com. Yes, percakapan singkat dari Tom dan Summer di film 500 Days of Summer tersebut merupakan salah satu scene yang right in the feels. Namun secara (tidak) anehnya, jika kita tunjukkan quotes tersebut ke para millennials atau bahkan Gen Z yang belum pernah nonton film ini, pasti tidak sedikit yang merasa familiar.

Film indie yang menceritakan perjalanan selama 500 hari dari Tom Hansen dan Summer Finn yang populer sejak tahun 2009 ini, menggambarkan secara gamblang bahwa tidak semua hubungan harus berakhir dengan happy ending. Damn that hurts but unfortunately true.

Bagi kita yang sudah pernah (atau masih) menjadi penontonnya, biasanya akan terbagi menjadi 2 tim suporter. Tim Tom dan Tim Summer. Dimana masing-masing golongan memiliki pendapat sendiri tentang kedua karakter utama yang bahkan sampai 11 tahun kemudian, surprisingly very relatable dengan kehidupan aktual sehari-hari.

Tbh, saat nonton pertama kali, admit it kita semua pernah merasakan menjadi Tom.
Terlepas dari pengalaman pribadi atau bukan, kita semua pernah merasakan empati untuk Tom Hansen. Dan ada kalanya Summer Finn itu ngeselin. Sehingga kita akan condong untuk menjadi Tim Tom. Dimana ia merasakan patah hati setelah berulang-ulang yakin dan percaya kalau hubungan mereka bisa berkembang ke arah yang lebih serius. Sampai pada akhirnya memang harus selesai dan Summer menemukan pendamping hidupnya yang lain.

Ya. Kita semua pernah (atau mungkin masih?) menjadi hopeless romantic.

"I love how she makes me feel.. like anything's possible or like life is worth it."


Hampir separuh durasi film menceritakan betapa indahnya in love dalam persepsi Tom. Formula yang wajib ada di setiap film romance. Tapi sialnya, film ini justru menceritakan secara reversal. Bersenang-senang dahulu, tersedu-sedu kemudian.

Menjadi orang yang percaya dengan happy ending dalam suatu hubungan bukanlah hal yang negatif. Malahan bagus dalam situasi tertentu karena menandakan adanya rasa percaya pada pasangan masing-masing. Tapi. Seiring bertambahnya usia, untuk menjadi romantic saja tidak cukup. Ternyata hubungan itu tidak semudah film-film Rom-Com lain pada umumnya.

Everything is sugar and rainbow until you get bored.

Hal ini akhirnya terjadi pada Summer. Yup. Walaupun udah menyatakan dengan jelas di awal hubungan kalau doi sama sekali nggak berniat serius, dan as long as we have fun together then so be it. Yah sesuatu yang nggak diniatkan dengan serius, pasti akan ada masa saturasinya. Dimana semua hal akan terlihat monoton alias, ngebosenin.

Atau mungkin lebih tepatnya feeling numb. Atau biasa aja. Pudar. Mati rasa. You name it lah.
Semakin dewasa kita makin sadar bahwa suatu hubungan jangka panjang, pasti akan menemui titik jenuh. Hm pasangan yang sudah serius saja mungkin bisa bertemu dengan momen ini, apalagi pasangan yang cuma having fun kan? :)

Saat merasa jenuh dengan hubungan terutama ketika periode honeymoon sudah terlewati, seringkali kita akan mempertanyakan mau dibawa kemana hubungan ini? Apalagi kalau masih berlandaskan friends in benefit atau hanya in an open relationship kayak Summer sama Tom gini.

Nah disini akhirnya kita bisa sadar, kalau Tom adalah villain yang sebenarnya dari cerita.

  1. Tom membiarkan dirinya larut dalam ketidakpastian yang dibungkus dengan angan-angannya sendiri tentang bagaimana suatu hubungan sempurna itu seharusnya terjadi. Hal ini secara tidak sengaja sering ia sampaikan ke kedua sohibnya saat curhat mengenai hubungannya dengan Summer yang terlihat "ngambang". Walaupun sahabatnya sering manas-manasin Tom untuk berani maju ke jenjang yang lebih serius, Tom lebih memilih untuk positive thinking dan yakin bahwa hubungan modern memang seperti ini. Cih buat apa sih label? No no, we're not childish like that. Akhirnya ia memaksa dirinya sendiri bahwa hubungannya dengan Summer baik-baik saja.
  2. Personally I think ketidaktegasan Tom ini juga sedikit banyak ngaruh ke keputusan Summer untuk mengakhiri hubungan mereka. Beberapa kali kita menyaksikan Summer baikan dan balikan lagi dengan Tom. Sampai kemudian hari,

"I just woke up one day and I knew. That I was never sure of you."

Summer mengungkapkan keraguannya dengan Tom. Yup, apa sih yang bikin cewek gampang ragu? Klasik, but let me said it once more, gak ada kepastian. Seandainya Tom lebih berani untuk memastikan kelanjutan hubungan mereka...


Iya sih, memang belum pasti Summer akan menyambut baik keseriusan Tom. Bisa jadi ia akan langsung nolak dan minggat aja. Tapi, tau di awal lebih baik kan daripada sakit di akhir? Seperti yang disinggung Rachel Hansen (karakter kesukaan nih, masih kecil tapi bijak banget!),

"I'm saying you do want to ask her. It's obvious. You're just afraid you'll get an answer you don't want, which will shatter the illusion of how great these past few months have been."


Omong-omong soal imajinasi Tom tentang betapa sempurnanya Summer hanyalah mengenai fisik dan ia menciptakan Summer versinya sendiri. Setuju nih sama omongan Rachel pas ngehibur kakaknya yang masih belum bisa move on,


"I think you're just remembering the good stuff. Next time you look back, I, uh really think you should look again."


Tuh kann. Salah satu penyebab kita sering stuck in the past, tak lain dan tak bukan adalah we let it happens dengan mengabaikan masalah yang sebenarnya. Kalau kita perhatikan, Tom nggak mengenal diri Summer yang sebenarnya, selain versi dia dan mutual interests di antara mereka. Lagi-lagi quote dari Rachel masih ngena buat gambarin kondisi ini,

"Just because she likes the same bizarro crap you do, doesn't mean she's your soulmate."

Damnnnn.
Berapa banyak dari kita yang sempat percaya kalau dia yang menyukai hal yang sama dengan kita, otomatis adalah jodoh kita?

Pada akhirnya, separah apapun kisah cinta kita, gimanapun sakitnya yang mungkin masih membekas, hidup harus tetap berjalan. Kayak Tom. At some point, you have to wake yourself up. Or paying bills. Lol
Balik lagi kan. Dunia gak berhenti cuma karena kita patah hati. Atau cuma karena mantan gak mau temenan lagi sama kita.

It's fine. It's alright now.
At the end, we have to face it.

"I really do hope that you're happy."

Comments