Melancong ke Kota Melaka dalam 3 Hari
M-E-L-A-K-A. Kota unik yang berada di pesisir barat Malaysia ini, termasuk kota pelabuhan yang layak dikunjungi jika kamu sedang berada di Malaysia. Dengan nuansa klasik yang dipadu dengan sentuhan peranakan khas Melayu, Melaka menjadi salah satu tempat rekomendasi untuk weekend getaway. Memiliki sejarah panjang saat masa kolonial, kota ini mengandung ciri-ciri kental hasil perkawinan adat dan budaya dari bangsa Eropa, Melayu, Cina, dan India.
Melaka sebagai satu dari deretan warisan budaya dunia yang sudah disahkan oleh UNESCO di 7 Juli 2008, merupakan kota kecil yang ramai akan wisatawan. Meskipun terkenal dengan beberapa landmark dan atraksi hiburan, bukan tidak mungkin mengitari Melaka dalam waktu sekejap. Weekend minggu lalu, saya dan teman-teman kantor menyempatkan diri singgah ke kota pelabuhan ini. Cukup dalam waktu 3 hari, rasanya sudah puas untuk berjalan-jalan menikmati Melaka.
So, check this out for our last breakdown guys! >>>>>>>>>>>>>>>
D A Y - 1
5 pm : Tiba di Melaka
Perjalanan dimulai dengan 2 jam menggunakan feri dari Batam ke Pelabuhan Stulang Laut, Johor Baru, yang dilanjutkan dengan menumpang bus antar kota selama kurang lebih 3 jam menuju Melaka Sentral. Setiba di pusat kota ini, sekilas akan tampak seperti kota-kota tua pada umumnya. Kebanyakan bangunannya masih mempertahankan desain pada saat masa kolonial, dan flat-flat padat menyembul dari celah-celah perhotelan modern. Kami menginap di flat 9 Tingkat yang terletak di area Little India. Daerah ini kami pilih karena tidak jauh dari pusat wisata, jadi dapat menghemat pengeluaran ongkos perjalanan selama disana karena cukup dengan berjalan kaki sudah bisa menuju berbagai objek wisata. Dan di saat bersamaan menghemat biaya menginap, di area ini harga sewa kamar lebih murah jika dibandingkan dengan area pusat seperti Jonker atau Jalan Merdeka.
6-7 pm : Menyusuri Sungai Melaka dan Chinatown
Pastikan jangan melewati saat-saat sunset di Melaka. Karena cuaca yang cenderung selalu cerah, kota ini memiliki pemandangan mentari terbenam yang indah dengan warna keunguan yang memayungi atap kota. Matahari benar-benar hilang sekitar pukul 7. Satu jam sebelumnya cukup untuk menuju pusat keramaian wisata dengan berjalan kaki sambil menyusuri satu-satunya sungai terkenal yang membelah kota ini, yaitu Sungai Melaka. Di sepanjang sisi sungai, dari Little India hingga muaranya yang berada di dekat kawasan Taming Sari, berjajar bilik-bilik rapi berupa macam-macam kafe, kios, dan rumah penduduk. Tak jarang yang berhiaskan mural atau ornamen di dinding dan pagar pembatas sungainya. Apalagi jika sudah memasuki petang, deretan lampu jalannya merupakan penarik perhatian pejalan kaki yang melintas, yang tentunya cukup instagrammable untuk diabadikan.
Tidak menghabiskan seluruh sisi sungai satu malam, kami berbelok ke arah Chinatown. Seperti kawasan pecinan lainnya, deretan pemukiman dan toko disini kental berbau budaya Cina, dan kita banyak menemukan kuil disini.
7-10 pm : Ikut meramaikan Jonker Walk
Masih terletak di area padat Chinatown, Jonker Walk merupakan satu kawasan yang didedikasikan sebagai night market, lengkap dengan jajaran kios serba serbi dan kedai makanan di kanan kiri jalan. Disini kita bisa menemukan berbagai macam barang loh, mulai dari jajanan, pernak pernik untuk dijadikan cinderamata, sampai peralatan kebutuhan sehari-hari. Rata-rata dibanderol dalam range harga yang tak jauh berbeda antar kios, namun masih tidak memberatkan kantong para backpacker. Jalanan ini amat sangat padat dan diramaikan oleh warga sekitar, turis lokal maupun mancanegara., terlebih di saat malam minggu.
8 pm : Makan malam di Jonker 88
Mampir ke Jonker Walk, rasanya kurang afdol jika tidak mencoba makanan yang ditawarkan oleh kedai sekitar. Yap, kali ini kami mencicipi salah satu top rekomendasi yaitu kedai Jonker 88, yang menjajakan rupa-rupa laksa maupun asam kuah dan cendol ala Malaysia. Di negeri jiran ini, terutama daratan Melaka, bukanlah hal asing lagi bagi laksa dan asam kuah serta cendol sering nampak di etalase restoran, alias merupakan makanan khas yang wajib dicoba selagi disini. Menu andalan untuk makanannya adalah Baba dan Nyonya Laksa, laksa yang disajikan semangkuk besar dilengkapi dengan seafood, sayuran, tahu, dan bakso. Rasanya? Hmm enak bangett. Tekstur mie nya kenyal, bumbu dalam kuahnya tidak terlalu kental tapi tetap nendang. Untuk nyonya laksa, cocok banget buat pecinta asam pedas. Bagi kamu yang tidak kuat dengan rasa lada, ada pilihan mie seperti Sea-Food Gravy Noodle yang cenderung asin manis. Untuk harganya bervariasi mulai dari 15 RM hingga 30an RM. Untuk pencuci mulut, bisa pesan berbagai jenis cendol yang ditawarkan mulai dari 7 RM hingga 20an RM. Kemarin kami mencoba Baba Cendol dan Mochi Durian Cendol. Cendol rasa original yang manis banget di mulut. Untuk kamu yang menghindari gula, saya tidak menyarankan untuk mencoba deh hehe. Namun untuk mochi durian, mantap abis. Durian yang meleleh di dalam mochi terlalu menggoda untuk tidak dicoba.
10-11 pm : Menikmati keindahan malam Melaka dari atas
Sebelum beranjak pulang, sempatkan mampir ke area Selatan kota. Di sepanjang jalan kita dapat menikmati deretan bangunan tua dan bertemu dengan Maritime Museum yang berbentuk kapal Portugis kuno yang berlabuh di pantai Melaka. Namun, jika kalian ingin masuk, pastikan saat jam kerja ya.
Dengan menyusuri sungai Melaka sejauh kira-kira 800 meter dari Jonker Walk, kita sudah bisa sampai di Menara Taming Sari. Landmark Melaka yang satu ini merupakan tempat tertinggi untuk bisa menikmati pemandangan kota dari atas. Untuk bisa naik ke atas, kita harus membayar HTM sebesar 21 RM dengan gratis air mineral kecil. Dan rupanya kita hanya bisa berada di atas kurang dari 10 menit saja, karena harus bergantian dengan pengunjung lain. Menara ini berbeda dari city tower biasanya, karena pengunjung diharuskan duduk di kereta melingkar yang akan membawa naik ke atas, sambil memutari poros menara. Jadi tidak ada tangga maupun elevator. Meskipun cukup mahal, namun pemandangan yang ditawarkan di atas bukanlah mengecewakan. Gemerlap lampu malam kota Melaka dan deretan balok gedung cukup menawan mata.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
D A Y - 2
9 am - 1 pm : Menyusuri Pantai Klebang
Bukan hanya nuansa kota yang unik, Melaka juga memiliki garis pantai yang panjang. Salah satu pantai Melaka yang harus kalian kunjungi adalah Pantai Klebang! Pantai berpasir putih yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Jonker ini, dapat kita tuju menggunakan Grab atau Uber. Memiliki bibir pantai panjang melengkung seperti huruf U, pantai ini memuat cukup banyak ruang bagi yang ingin berfoto atau sekedar menikmati pesisir tanpa berdekatan dengan orang lain. Nah kalau sudah di sini, pastikan mencoba Klebang Coconut Shake Original-nya ya! Shake dari kelapa asli ini rasanya enak banget, creamy karena ditambahkan es krim vanila di atasnya, namun tetap segar rasa kelapanya. Saya sangat merekomendasikan rasa original, tapi jika kalian yang kurang suka dengan kelapa, masih banyak varian lain seperti milo, oreo, dan lain-lain juga kok. Harganya bervariasi tergantung ukuran dan rasanya, cukup sekitar 3-10 RM aja loh.
2 pm : Makan siang di Kocik Kitchen
Setelah puas menyusuri pantai, kami lanjutkan makan siang di daerah Chinatown, restoran dengan menu khas Baba Nyonya, Kocik Kitchen. Kedai sederhana namun apik ini tidak pernah sepi pembeli, jadi harap bersabar ya jika harus mengantri untuk duduk. Disini menyajikan berbagai masakan khas peranakan Melayu, untuk menu favorit dan rekomendasinya adalah Chicken Ponteh, Asam Pedas Fish, dan Lemak Nenas Prawns. Bumbunya tak jauh dari varian gulai dan laksa. Untuk harga cukup bervariasi, kita bisa memilih agar sesuai dengan kocek kita, karena terdapat paket hemat di hari kerja, lunch set untuk dinikmati bersama, atau pesan per porsi agar lebih puas hehe.
Setelah makan dari Kocik Kitchen, kalian juga bisa berjalan-jalan di area sekitarnya. Karena hanya 50 meter dari restoran, terdapat Baba and Nyonya Heritage Museum, sebuah rumah kuno yang didedikasikan sebagai museum budaya peranakan Melayu.
6 - 8 pm : Berjalan-jalan di sepanjang Jalan Merdeka
Dimulai dari menara Taming Sari, Jalan Merdeka membentang lurus, menampakkan sisi lain Melaka dengan deretan bangunan modern berupa mall, restoran, dan gedung perkantoran menghimpit kedua sisinya. Bagi kalian yang ingin mampir ke mal-mal hits Melaka, well disinilah tempatnya. Mal-mal Dataran Palawan dengan sejumlah brand ternama terpampang jelas di kanan-kiri jalan. Dengan ruas jalan yang lebar dan trotoar yang terfasilitasi dengan baik, boulevard ini cukup ramah bagi pejalan kaki.
8 pm : Makan malam di Ee Ji Ban Rice Balls
Dengan menyusuri Jalan Merdeka, kira-kira 850 meter dari Taming Sari, kita bisa singgah di kedai Ee Ji Ban Rice Balls untuk makan malam. Kedai yang menjajakan nasi ayam hainan dengan berbagai variasi lauk ini, punya satu keunikan, yaitu nasinya dibentuk menjadi bola-bola kecil! Rasanya bener-bener endeus, gurih dan tasty banget! Selain nasi ayam, menu favorit kedai ini adalah sotong chili garam. Soal harga, kita harus mengocek lebih dalam dibandingkan restoran-restoran sebelumnya. Namun, dengan rasa yang didapat, rasanya tidak ada penyesalan setelah makan! Hehe.
9 - 10 pm : Berkunjung ke Upside Down Gallery House
Sebelum kembali ke flat, kami sempatkan mampir ke Upside Down Gallery House, yang terletak di blok ruko seberang Menara Taming Sari. Dengan HTM sebesar 22 RM, kita bisa berfoto ala-ala rumah terbalik. Dari taman rumah, ruang tamu, hingga dapur belakang, semua sisi rumah yang biasa kita lihat, didesain terbalik dengan rapi disini.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
D A Y - 3
9 - 10.30 am : Berkunjung ke Area Stadthuys atau Red Square
Belum ke Melaka namanya jika belum mengunjungi area Stadthuys atau Red Square. Kompleks bangunan kuno ala kolonial berwarna merah bata ini merupakan landmark utama kota Melaka. Terdiri dari berbagai museum, gereja, dan kantor pemerintahan, Stadthuys berdiri megah di tengah-tengah kawasan turis.
10.30 am - 12 pm : Berjalan-jalan ke Reruntuhan St. Paul dan Famosa
Spot terakhir yang mesti dikunjungi adalah menyusuri sepanjang Jalan Kota, untuk bertemu dengan reruntuhan Gereja St. Paul yang rupanya masih aktif beroperasi dan Santiago Gate of Famosa. Seperti Stadthuys dan pojok kota lainnya, di area ini nuansa kolonial masih kental terasa, dengan warna merah bata masih mendominasi blok ini. Namun, St. Paul dan Famosa sendiri masih berdiri agung dengan warna putih klasik yang sudah pudar termakan masa. Jika ingin melihat reruntuhan gereja ini, kita harus siap menaiki beberapa anak tangga yang cukup membuat kita minum air setiba di ujung atas tangga hehe. Yap, bangunan ini berdiri di atas bukit dengan naman yang sama, St. Paul Hills. Disini kita juga bisa melihat pemandangan bibir pelabuhan Melaka.
Sedangkan Famosa sendiri merupakan gerbang Melaka di masa penjajahan Portugis. Gerbang bata ini memiliki kontur dan warna yang senada dengan Gereja St. Paul. Untuk mencapai Famosa, kita bisa menelusuri jalanan setapak yang ada di St. Paul, dan menuruni tangga melawan arah pintu masuk. Atau kita bisa menuruni kembali ke pintu masuk gereja dan melewati Jalan Kota. Kalau menurut saya, lebih enak opsi kedua karena dengan begitu kita bisa melihat-lihat museum lain yang berjajar di sepanjang Jalan Kota.
Yap, that's it. Melaka dalam 3 hari, it's a wrap!! Jika kalian sedang di Malaysia, tentu saja tidak ada salahnya mampir sejenak di kota budaya ini. Love the atmosphere here!
cr: semua foto adalah dokumentasi pribadi
Wah... seru banget nih jalan-jalannya, jadi pengen kesana :D
ReplyDeleteyess, lumayan deket dan harga2nya masih affordable :D
Delete