Pertemuan Pertama Kelas Dinamika dan Stabilitas Sistem Tenaga Listrik

Dinamika dan Stabilitas Sistem Tenaga Listrik.



Saat pertama memilih mata kuliah tersebut, benak saya belum bisa menggambarkan materi perkuliahan dengan pasti. Konon katanya, mata kuliah wajib untuk semester 7 Teknik Elektro ITS ini, cukup sulit dan menantang.



17 Februari 2015. Pukul 13.15 WIB.



Hari pertama kelas Dinamika dan Stabilitas Sistem Tenaga Listrik masuk. Prof. Dr. Ir. Imam Robandi, MT., dosen pengajar kami semester ini, membuka pertemuan pertama di ruang A-201, Laboratorium PSOC (Power System and Operation Control). Pada tatap muka pertama ini, belum ada materi perkuliahan yang disampaikan oleh Prof. Imam secara detail, kecuali judul buku referensi yang digunakan selama kuliah, cukup perkenalan dan beberapa nasehat dari beliau.

Sesi perkenalan berlangsung cukup menarik. Masing-masing dari kami, saling memperkenalkan diri, baik nama, NRP (Nomor Registrasi Pokok) mahasiswa, maupun asal daerah dan SMA kami. Pada tahap awal ini, kami sudah memperoleh teguran dari beliau, mengenai pembawaan kami dalam berkenalan. First impression atau kesan pertama, sangat penting bagi orang yang baru bertemu, karena dapat menggambarkan karakter orang tersebut dan bisa memengaruhi hubungan ke depannya. Hal ini yang mendasari teguran beliau. Sopan santun dan gaya bahasa harus sangat diperhatikan. Kesopanan dan ketegasan dalam membawakan diri, mencerminkan sikap seseorang yang berpendidikan dan dapat dipercaya oleh orang lain. Gaya bahasa yang digunakan pun haruslah benar dan efektif, tanpa memberikan kesan negatif untuk hal tertentu. Intinya, pelajaran untuk kesan pertama adalah, bagaimana cara mendapatkan kepercayaan seseorang yang baru kita temui dan memberikan kesan positif terhadap kita.

Selain pentingnya kesan pertama, dari perkenalan tersebut, saya juga dapat mengetahui banyak informasi menarik, baik dari sesama peserta kelas, maupun dari Prof. Imam sendiri. Keberagaman asal daerah kami, memiliki cerita tersendiri untuk beliau. Pengalaman mengantarkan beliau mengenal banyak daerah asal kami. Mulai dari Pematangsiantar hingga Bontang, pernah beliau kunjungi dan nikmati kuliner masing-masing daerah. Pesan yang dapat diambil dari cerita beliau yakni, jangan takut merantau dan menjelajahi bumi ini. Semakin luas daerah yang kita pijak, semakin banyak orang yang kita temui, akan memperkaya wawasan kita dan membuat kita open-minded atau berpikiran terbuka.

Tentunya merantau tidak lepas dari beradaptasi. Manusia, selayaknya makhluk sosial dan berakal, harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya, dimanapun ia berada, agar tetap bertahan dan tidak kalah oleh segala perubahan lingkungan sekitar. Begitu pula untuk para mahasiswa yang berasal dari luar Provinsi Jawa Timur, yang jauh dari keluarga dan rumah, Prof. Imam menekankan mengenai pentingnya beradaptasi, baik dari segi makanan, bahasa, dan lain sebagainya. Berasal dari Jakarta, bukan berarti tidak bisa berbicara bahasa Jawa. Semua orang bisa, asalkan mau dan terbiasa.

Sedangkan beradaptasi dari makanan, hal ini masih jarang diindahkan oleh para mahasiswa, terutama terkait pola makan. Kesibukan akademik maupun non-akademik, selalu menjadi alasan utama pola makan yang tidak teratur yang sudah dianggap biasa oleh banyak mahasiswa. Menurut beliau, makan tidak pada jamnya dan tanpa memprioritaskan kehigienisan makanan, sering menimbulkan dampak negatif ke depannya bagi para mahasiswa penganut pola yang salah tersebut. Makan makanan sembarangan, di tempat-tempat yang tidak terjaga kebersihannya, dapat memengaruhi kesehatan seseorang. Dampak terburuknya, kuman penyakit bisa bersarang dan menggerogoti tubuh dari dalam. Dan akhirnya, para mahasiswa dapat gagal ketika tes kesehatan untuk melamar pekerjaan, karena penyakit yang dideritanya selama ini akibat pola makan dan kebersihan makanan yang tidak terjaga. Sehingga pesan beliau untuk hal ini hanya satu, jaga kesehatan selalu.

Terakhir, sebagai dosen, tentulah beliau mengharapkan mahasiswanya cepat lulus, cepat mendapat pekerjaan, dan cepat sukses. Jangan kelamaan kuliah, pesan beliau. Hal tersebut tidak akan berhasil jika tidak diimbangi dengan perilaku dan kebiasaan yang baik dan benar.



Setelah kurang lebih dua jam, beliau menutup pertemuan pertama kami. Salah satu poin yang dapat kami rasakan saat mengikuti kelas pertama ini yaitu, hardskill bukanlah apa-apa tanpa softskill yang memadai, dan pengetahuan tidaklah sempurna tanpa diimbangi kesantunan dan kebiasaan yang baik.

Comments